Sejarah Singkat Kerajaan Tamiang Sepanjang Kenangan

Istana Seruway
Terbentuknya Kerajaan Seruway berawal dari sebuah perebutan kekuasaan antara T. Sulung dan T. Absah. Bermula pada saat Raja Mamat yang sedang bermain catur di halaman kerajaan dan mendapat laporan dari sang prajurit bahwa pasukan Gajah Mada telah berlayar ke Tamiang dengan tujuan ingin merebut tata kekuasaan di daerah tersebut. Namun karena Raja Mamat yang sedang keasikan bermain catur meremehkan kabar tersebut.

Lalu tibalah kabar kedua, namun Sang Raja tetap saja tidak merespon. Hingga sampai kabar ketiga, barulah raja kalang kabut memikirkan tindakan apa yang harus dilakukan agar pasukan Gajah Mada tidak dapat masuk dan menyerang. Lalu terlintaslah dipikiran raja bahwa ada sebuah lumbung padi yang bisa dipakai untuk membuat bendungan di sungai Tamiang. Tanpa pikir panjang Sang Raja langsung melaksanakan idenya tersebut.

Memang dengan tindakannya itu Raja Mamat berhasil menghentikan pasukan Gajah Mada, namun hal ini membuat Raja Mamat merasa tidak pantas lagi menjadi Raja Tamiang karena kelalaian dan sifat meremehkan musuh sehingga menghabiskan begitu banyak padi yang menyebabkan mubazir. Dikarenakan rasa putus asa yang begitu besar terus mendera, Sang Raja pun mengambil selembar daun bebirah dan mengayuhnya ke hilir sungai dan sejak saat itu tak terdengar lagi kabar Raja Mamat.

Posisi Raja Tamiang pun digantikan oleh Raja Mahmud yaitu anak tunggal Raja Mamat. Tapi Raja Mahmud tidak bernasib mujur karena meninggal dunia di usia muda akibat sakit. Disinilah bermula perang saudara tersebut. oleh karena Raja Mahmud tidak memiliki anak laki-laki yang berhak menjadi Raja, maka terjadilah perseteruan antara T. Sulung dan T. Absah. pada dasarnya yang berhak menjadi Raja Tamiang adalah T. Sulung, akan tetapi disitulah awal mula permasalahannya.

Terjadilah perpecahan di Kerajaan Tamiang, yang akhirnya Sang Raja T. Sulung membentuk kerajaan sendiri di Karang Baru dan T. Absah mendirikan dua kerajaan yang terletak di daerah benua raja yaitu Kerajaan Sungai Yu (Bendahara) dan Kerajaan Seruway.
Kerajaan Seruway dibentuk pada sekitar tahun 1887 oleh perintah Raja Absah, dan kerajaan ini dipimpin oleh T. Abdul Majid dan setelah dia meninggal posisi itu digantikan oleh T. Zainal Abidin yaitu anak tunggal T. Abdul Majid. T. Zainal Abidin menjadi Raja di Istana Seruway hingga yang terakhir.

T. Zainal Abidin sendiri mempunyai 4 orang anak dan semuanya perempuan, anak yang pertama bernama T. Ratna Djauhari, anak yang kedua bernama T. Ratna Gahara, anak yang ketiga bernama T. Ratna Jaya dan anak yang terakhir bernama T. Ratna Keumala.

Bangunan Istana Seruway sampai saat sekarang ini masih asli, diantaranya lantai, dinding dan atap masih asli terbuat dari kayu merbau yang diakui ketahanannya sampai 120 tahun lebih. Dalam bangunan tersebut terdapat 4 kamar dari berbagai sisi bangunan. Sampai sekarang Istana tersebut di huni oleh keturunan-keturunannya T. Zainal Abidin. Pada masa D.I. di Aceh, dokumen-dokumen foto dan barang berharga lainnya diambil oleh pasukan D.I. Oleh sebab itu, sekarang yang tersisa hanya sebagian dari koleksi kerajaan tersebut. Mundurnya kekuasaan di Seruway, karena digantikan oleh pemerintah yang turut memerangi penjajahan dan mungkin bisa dikatakan tak berhak lagi ada kerajaan karena sudah ada pemerintahan.

Menurut para orang tua yang tahu kisahnya, nama Sungai kuruk diambil karena sungai tersebut dikorek oleh pasukan Gajah Mada yang ingin memasuki Kerajaan Seruway melalui jalan darat, akan tetapi mereka hanya membawa perahu, maka dikoreklah daratan tersebut hingga menjadi sebuah sungai, namun pasukan Gajah Mada menilai ide tersebut terlalu gila untuk dilanjutkan.

Kabar yang menganggab pohon tuah Tamiang ialah pohon Keh, adalah kabar yang salah, pohon tuah Tamiang yang benar adalah pohon Medang Ara yang sekarang hanya tinggal satu batang lagi. Kisah raja olak itu benar adanya, menurut cerita yang tersebar, pada suatu hari pasukan Gajah Mada berniat menyerang Tamiang, dikarenakan kondisi pasukan yang sudah sangat lelah, maka mereka melakukan peristirahatan di bawah pohon bakau, lalu tiba-tiba buah bakau yang tua jatuh dan menusuk perut panglima yang sedang berbaring dan akhirnya mati, sehingga pasukan lainnya kembali kelautan.

Nama Tamiang berasal dari Raja Mamat yang mempunyai semacam tompel berwarna hitam di pipinya saat itu, dan hal ini disebut Taming oleh warga Tamiang, dan seiring berjalannya waktu maka berubahlah nama Taming menjadi “Tamiang". []
Tags