Andri, Napi LP Lhokseumawe Meninggal dengan Tangan Terbergol

Rosmada, Ibunda Yusli Andrian | AT
Lhokseumawe | Samudra News – Tanpa sepengetahuan banyak orang, ternyata di Lembaga Permasyarakatan (LP) Klas IIa Lhokseumawe telah terjadi peristiwa tewasnya seorang napi yang berasal dari Kabupaten Bireuen. 

Napi tersebut bernama Yusli Andrian (28) warga Desa Pulo Ara Kabupaten Bireuen, terjerat kasus narkoba sehingga harus menjalani hukuman selama 7 tahun, 7 bulan. peristiwa meninggalnya napi tersebut, terjadi pada tanggal 18 Oktober 2012 malam.

Menurut keterangan Rosmada (56) ibunda Yusli Adrian, mengantakan. Pada tanggal 15 Oktober 2012, dirinya mendapatkan kabar bahwa anaknya telah dipindahkan ke LP Klas IIa Lhokseumawe.

Rosmada mendapatkan informasi anaknya dipindahkan ke LP Klas IIa Lhokseumawe dikarenakan, anaknya sedang dalam keadaan sakit. Untuk memudahkan perawatan, maka dipindahkan ke Lhokseumawe karena di LP Klas IIa Lhokseumawe ada klinik tempat berobat sehingga tidak harus keluar dari LP.

Hari Kamis, 16 Oktober 2012, sekitar pukul 08:00 Wib Rosmada berangkat dari Kota Juang Bireuen menuju ke Kota Petro Dolar atau Lhokseumawe untuk menjenguk anaknya yang berada di LP.

Pukul 11:00 Wib, dirinya tiba di Krueng Geukuh. Disana ia bersama adiknya bersama-sama berangkat ke Lhokseumawe dengan menggunakan sepeda motor. Setiba di LP sekitar pukul 13:00 Wib.

Rosmada kaget melihat anaknya sendirian di ruang klinik dalam keadaan tangan terinfus dan meronta-ronta kesakitan. Rosmada tidak ada melihat satu orang pun petugas perawat yang menjaga atau merawat anaknya.

“Setelah beberapa menit saya berada di ruang klinik, petugas baru mulai terlihat sibuk,” ujar Rosmada.

Setelah itu, sambung Rosmada, ada salah seorang petugas yang tidak diketahui siapa namanya, meminta duit sebesar Rp. 150.000 untuk keperluan membeli infus karena sudah habis.

“sekitar jam 18:00 Wib petugas mulai melepaskan infus,” tutur Rosmada.

Rosmada menambahkan, setelah infus itu dilepas, kemudian datang salah seorang petugas yang menyuruh tangan Yusli Andrian diborgol di ranjang agar tidak lari dari LP. Seolah-olah mereka tidak percaya kalau anak saya sedang sakit.

“Sekitar pukul 18:00 Wib Andri (panggilan Yusli Andrian) teriak dengan keras untuk minta tolong,” ungkap Rosmada.

Karena Yusli Andrian tidak makan sejak dari pagi, tiba-tiba datang seorang petugas yang mengancam. Katanya kalau tidak makan maka akan dipindahkan kembali ke Bireuen atau akan dipindahkan ke Meulaboh.

Kemudian, Maghrib tiba. Rosmada pun Shalat Magrib disamping ranjang tempat tidur anaknya, katanya, dirinya sangat sedih melihat anaknya yang sedang ditidur diatas ranjang dalam keadaan tangga terbergol diranjang.

Ketika Shalat Magrib selesai dilaksanakan, Rosmada pun melihat anaknya masih dalam keadaan yang tidak berubah. Dirinya mengusap wajah anaknya tersebut. Kemudian waktu Shalat Isya tiba, dirinya juga melaksanaka Shalat Isya ditempat yang semula.

Kemudian setelah selesai Shalat Isya, Rosmada melihat anaknya telah tiada. Sebagian tubuh Yuli Andrian jatuh kebawah, sedangkan tanggannya berada di atas ranjang karena terborgol.

“Jam 20:00 Wib, saya naikkan kembali badannya ke ranjang,” kata Rosmada.

Setelah terjadinya peristiwa itu, para petugas yang ada di LP terlihat menjadi sibuk dan borgol pun dilepaskan.

Rosmada mengatakan, petugas LP meminta dirinya untuk membawa anaknya ke rumah sakit PMI untuk dilakukan visum. Visum tersebut dilakukan sekitar satu jam setengah di rumah sakit PMI.

Kemudian, sambung Rosmada, setelah itu dilakukan semuannya. Jenazah anak saya diantarkan sampai ke rumah di Kabupaten Bireuen dengan menggunakan mobil ambulan. 

Dalam keadaan mata berlinang-linang Rosmada menceritakan, setelah pemakaman dilakukan. Datang salah seorang petugas dari LP Klas IIa Lhokseumawe memberikan amplop berisikan uang sebesar Rp.500.000.

“Walaupun duit banyak dikasih, tapi hati ini tidak akan sembuh,” terang Rosmada.

Sementara itu, Kepala LP Klas IIa Lhokseumawe, Teguh Edi Widodo ketika dikonfirmasi  membantah bahwa Yusli Andrian meninggal dengan tanggan terborgol.
“Kita tidak pernah borgol dia,” ujar Teguh Edi Widodo.

Begitu juga, sambung Teguh Edi Widodo, kita tidak pernah meminta duit kepada keluargannya. Karena pengobatan disini semuanya gratis dan kami tidak ada meminta satu rupiah pun. [AT]
Tags