Menjamur, Warkop Karaoke di Negeri Syariah

BIREUEN |  Samudra News — Warung kopi (warkop) yang dilengkapi fasilitas internet nirkabel (wifi) mungkin sudah biasa ditemui. Namun, bagaimana dengan warkop yang justru menghindari wifi? Di tempat itu hanya disediakan tempat khusus karaoke yang dibuka hingga larut malam. 

Hasilnya, tidak hanya ramai, tetapi justru membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati alunan musik yang sulit didapatkan pada ruang publik di Negeri Syariah, Naggroe Aceh Darussalam. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun, terungkap setiap ada pementasan ataupun hiburan, baik siang atau malam di Aceh, penyelenggara wajib mengantongi berbagai izin. Tidak hanya dari aparat hukum untuk aspek keamanan, tetapi juga rekomendasi dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) serta instansi keagamaan lain. Hal ini kerap mengganjal sejumlah event organizer (EO) menggelar acara di Bumi Serambi Mekkah.

Kondisi itulah yang menjadi salah satu latar belakang kehadiran sejumlah warkop, kafe, atau tempat keramaian dilengkapi sarana karaoke di Bireuen. “Selain penyaluran bakat musik remaja, juga menghindari kelalaian banyak waktu untuk ngumpul yang bisa memudahkan remaja rentan terhadap narkoba,” ungkap Alim Muvid (53), pemilik KOSSBI Café, di Jalan Banda Aceh-Medan, Kawasan Simpang Empat, Kota Bireuen.

Penggunaan wifi yang lazim, kata dia, turut memicu lalainya masyarakat mengakses situs terlarang di sejumlah tempat terbuka. “Hal seperti itu apa sanggup dibendung? Sadar atau tidak sadar, bila digunakan secara negatif, efeknya akan lebih besar,” terang mantan anggota DPRK Bireuen ini.

Diakui Alim, warkop miliknya itu sengaja tidak membuat fasilitas wifi agar pengunjung tidak sibuk dengan laptop mereka, melainkan menikmati suasana sambil duduk di kursi memperhatikan layar televisi di depan mereka. “Kita ingin menghindari para remaja melanggar syariat, tetapi dapat menyalurkan bakatnya dalam menyanyi,” kata Alim lagi.

Antusias pengunjung khususnya remaja terbilang tinggi. Buktinya, setiap malam, warkop KOSSBI Café dikunjungi rata-rata 30 remaja, kecuali malam Jumat, karena tidak dibenarkan berkaraoke. 

Alim Muvid mengaku, tujuan lain ia membuka warkop adalah mempromosikan daerah dengan ragam racikan kopi, di mana kopi Arabika dipesan dari Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, untuk diseduh dengan berbagai trik sehingga memanjakan lidah pengunjungnya. “Untuk segelas kopi hanya Rp 7.000 yang tingkat kekentalannya disesuaikan selera pengunjung,” tuturnya.[]



sumber: kompas.com
Tags