Wartawan Aceh Raih Penghargaan Anugerah Adiwarta

Nurdin Hasan
BANDA ACEH | Samudra News – Jurnalis Aceh, Nurdin Hasan, meraih penghargaan jurnalistik Anugerah Adiwarta 2012. Nurdin memenangkan penghargaan untuk kategori media cetak/online liputan kemanusiaan bidang sosial.

Dalam penyerahan Anugerah Adiwarta 2012 yang diumumkan di Hotel Four Season, Jakarta, pada Selasa malam, 4 Desember 2012, Nurdin menyisihkan dua finalis lain untuk kategori yang sama. Mereka adalah Nurul Farichah dari majalah Kick Andy, dan Yamin Panca Setia dari Jurnal Nasional.

Tulisan Nurdin Hasan yang memenangkan penghargaan itu berjudul “Punk’s Not Dead..!”. Tulisan yang dimuat acehkita.com itu bercerita tentang nasib 65 anak punk yang ditangkap dan “dibina” di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar.

“Saya mewawancarai seorang anak berusia 16 tahun. Dia bilang, walaupun mereka ditangkap dan dibina, namun itu tidak akan mengubah apapun. Makanya tulisan itu saya beri judul Punnk’s Not Dead,” kata Nurdin kepada ATJEHPOSTcom, Rabu, 5 Desember 2012.

Ketika menulis laporan itu, kata Nurdin, pertanyaan mendasar yang muncul adalah: apakah setelah peminaan di SPN para punker itu akan berubah? “Ketika diserahterimakan dari polisi ke Pemko Banda Aceh, saya kembali mewancarai mereka dan jawabannya tetap sama,” ujarnya.

Nurdin awalnya tidak mengira tulisan karyanya akan memenangkan penghargaan. “Awalnya saya kira tulisan dari majalah Kick Andy yang akan menang. Ternyata juri malah memilih tulisan saya,” kata ayah empat anak ini.

Nurdin Hasan mengawali karir jurnalistik di Harian Serambi Indonesia. Sembilan tahun di sana, pria kelahiran Simpang Tiga, Pidie, 49 tahun lalu ini, bergabung di bidang komunikasi BRR NAD-Nias, lembaga yang dibentuk pemerintah untuk menangani pembangunan kembali Aceh paskatsunami. Setelah BRR dibubarkan, Nurdin menjadi wartawan freelance dan kontributor untuk kantor berita Prancis AFP, The Jakarta Globe, dan acehkita.com. Ia juga pernah menjabat Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh.

Tahun lalu nama Nurdin Hasan juga masuk sebagai salah satu finalis Anugerah Adiwarta. Namun, ketika itu, tulisannya tentang suara hati seorang algojo hukum cambuk di Aceh tidak keluar sebagai pemenang.

Selain Nurdin, tahun ini ada dua lagi jurnalis Aceh yang namanya masuk nominasi: Rizky (tabloid Modus), dan Chaideer Mahyudin (Fotografer AFP). Namun, mereka belum keluar sebagai pemenang untuk kategori yang dilombakan.

Bagi Nurdin, terpilihnya karyanya sebagai pemenang bidang liputan kemanusiaan menunjukkan kemampuan jurnalis di Aceh tidak kalah dengan jurnalis lain di tingkat nasional. Itu sebabnya, Nurdin menyarankan para jurnalis Aceh memanfaatkan setiap momen perlombaan karya jurnalistik.

“Di Aceh banyak sekali isu yang bisa digarap. Jika dikerjakan dengan serius insyaallah akan menang,” ujar lulusan Bahasa Inggris FKIP Unsyiah ini.

Anugerah Adiwarta merupakan penghargaan independen yang digelar sejak 2006. Penghargaan ini melombakan tiga kategori, yakni media cetak/online, foto berita, dan televisi. Pada ketegori media cetak/online terdapat dua subkategori, yakni liputan investigasi dan liputan kemanusian.

Ada tujuh bidang yang dilombakan untuk liputan kemanusian, yaitu sosial, ekonomi dan bisnis, lingkungan, politik, hukum, seni dan budaya, serta olahraga.

Tahun ini, dewan juri menentukan 48 finalis untuk kategori foto berita, cetak/online serta liputan investigatif. Para finalis itu terpilih dari 406 peserta yang berasal dari 152 media nasional, media lokal dan koresponden media internasional. Adapun karya yang masuk berjumlah 1.415 berita dan foto untuk katageri media cetak dan online. [ap]

Tags