2014, YANG MUDA KURANG BERDAYA

Samudra News
Oleh : SYAHZEVIANDA
Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Samudra Langsa

Apa yang ada dalam benak Anda ketika para kaum muda Indonesia terjun dalam dunia Perpolitikan saat ini? Tentu sangat banyak estimasi yang berkembang dipublik ketika Kaula muda Kita telah tereduksi di kanca politik, banyak sekali perbedaan-perbedaan pendapat yang timbul antara pemikiran satu dengan lainnya, ada yang menganggap perlu bahkan penting sakalipun guna untuk memberikan semangat baru di dunia politik, ada  yang menganggap terlalu dini dan kurang berdampak, bahkan ada juga yang menganggap hanya sekedar mencari popularitas belaka.

Tentu semua itu hanya sebuah harapan dari apa yang sebenarnya diinginkan dari segilintir saja, ada banyak partai politik yang memang membutuhkan jiwa-jiwa muda dari putera-puteri terbaik Kita, entah memang butuh atau hanya sebatas kepura-puraan semata sebagai pra-syarat perpartaian, perlahan juga parpol mulai tampak mencuri-curi hati para pemuda Kita melalui berbagai organisasi, kelompok, dan sejenisnya, tak  jarang juga yang melirik para aktifis-aktifis Kita yang masih duduk di bangku perguruan tinggi sekalipun, walau sebenarnya itu bagus, guna menambah wawasan, asal tidak keluar dari koredor-koredor tertentu. Disamping itu pula, ada juga partai politik yang tidak konsen terhadap hal pemuda-pemuda tanah air yang sebenanya memiliki konpetensi yang luar biasa.

Apa mungkin terus-menerus istilah yang konon katanya ''YANG MUDA BELUM BOLEH BICARA'' itu dijadikan sebagai paradigma di Bangsa yang ''Waw'' ini?, tak boleh dirubah atau tak boleh berubah, kalau memang memang itu yang ingin dijadikan kerangka berpikir untuk mengasumsikan kaum muda, maka hanya kekonyolan yang didapat pada Bangsa yang surga bagi kaum menengah ke atas ini, hancurlah sebuah harapan sebuah Negara sekalipun jika yang muda masih dianggap belum boleh berbicara, tidak pernah diberikan kesempatan untuk diberdayakan, gimana mau mendengar suara pemuda kalau memang Kami tak boleh diizinkan untuk berbicara. Harus kemana Kami para pemuda intelektual ini mengiblatkan diri Kami?, apa betul negara ini sudah tak butuh lagi orang-orang muda yang sebenarnya memiliki kapabilitas, kualitas serta energik, namun masih terhalang oleh ruang-ruang ego yang masih berbaris dipermukaan atas negara ini.

Bagaimana Kami sebagai pemuda bisa menunjukkan bukti pada dunia bahwasanya Kami juga bisa, sementara kesempatan dan waktu yang diberikan juga hanya sebatas ''sisa'' semata. Apa mungkin ketika Kami yang memiliki kemampuan intelektual memadai, skil yang mumpuni, lalu dibutuhkan hanya untuk membawa nama baik Bangsa dimata orang lain bukan di mata Rakyatnya sendiri, disekolahkan, ditempah sedemikian rupa di perguruan-perguan tinggi dalam maupun luar negeri cuma untuk sebatas melakoni program-program tertentu semata yang tak  berujung, yang hanya sekadar mencari muka.

Sudah saatnya pemuda negeri ini mengabdi ke tempat dimana Kami dilahirkan, tempatkan Kami bersama penghuni pangkuan ibu pertiwi lainnya, Kami ingin merasakan hal yang sama yang dirasakan oleh rakyat pada umumnya, Kami bukan butuh pujian, jangan rasuki Kami dengan hal-hal yang bisa mengotori nama baik Bangsa ini, sudah sepatutnya Kami diberikan panutan, contoh dan prilaku pemimpin Kami yang benar-benar bisa mengarahkan Kami nantinya ke tempat dimana orang-orang membutuhkan keilmuan yang sudah Kami dapat. Kami juga bukan orang-orang yang harus ditakuti oleh negara ini, justru Kami inilah instrumen-instrumen pelengkap yang dicari untuk pemersatu bangsa ini, Kami dan keluarga Kami cukup disentuh dengan hati nurani saja, tak perlu berlebihan sekali, cakrawala Kami ini bisa mengubah segalanya yang ada di dunia sekalipun. Ketika Kami ditempatkan dan mendapat perlakuan yang benar-benar tepat dihati Kami, tentu Kami akan mengikuti skenario yang sedang Anda jalankan, namun sebaliknya, ketika Kami mendapat perlakuan yang masih bertolak belakang dengan hati Kami, maka Kami juga akan mencarinya dengan cara Kami sendiri.

Sebentar lagi Rakyat indonesia akan dihadapkan dengan pesta demokrasi bergengsi di Negeri ini, ajang yang sangat konpetitiv dalam pertarungan politik di tahun 2014 mendatang, berbagai figur/tokoh pun mulai bermunculan dari berbagai kalangan, Perlahan tapi pasti, semaraknya pun sudah tercium mulai saat ini dengan masing-masing cara konpetitor, tak lain hanya untuk memperebutkan kursi-kursi digedung parlemen nantinya. Ada banyak kursi yang telah disiapkan oleh Undang-undang, mulai dari kursi tingkat Kabupaten, tingkat Provinsi bahkan tingkat Senayan. Strategi-strategi pun juga telah disiapkan kian guna mencapai hasil yang gemilang, memuaskan dan semaksimal mungkin nantinya.

Bak iklan pasta gigi memang, para tokoh pun sudah mulai gencar memampang ''Foto-foto senyum manis'' mereka dihadapan publik, walaupun tidak dengan lambang perpartaian saat ini, satu-persatu mulai bermunculan di permukaan dengan mengatasnamakan dan menyelipkan berbagai macam lembaga/institusi yang mereka duduki saat ini, dengan berbagai narasi terpampang di poster-poster baliho bergambar mereka, dengan harapan mencuri perhatian Masyarakat supaya membaca dan melihat gambar tersebut, sekaligus berkomentar agar lebih dulu terkenal dan mempertimbangkan memilih para tuan-tuan dan nyonya-nyonya tersebut nanti di Konpetisi 2014.

Rakyat saat ini sudah pintar dan melek politik, tidak perlu lagi saling berperang-perang program, curi-mencuri hati rakyatnya dengan berbagai macam tipu daya, toh mereka juga sudah memiliki pilihan calon-calon wakil Mereka yang pantas untuk duduk di Gedung rakyat kelak, membutuhkan orang yang benar-benar bisa memperjuangkan nasib rakyat ketika duduk nanti, yang benar-benar mampu menampung aspirasinya. Tak sedikit pula rakyat yang merasa hilang kepercayaannya terhadap wakil-wakil mereka, kecewa bahkan tak lagi menaruh harapan pada siapapun manusianya yang akan menjadi calon wakil mereka ''disana'' nantinya

Sudah sepantasnya para elite politik menempah dan menyiapkan beberapa kursi bagi mereka pemuda-pemuda luar biasa yang siap dibina menjadi calon-calon pembesar/pemimpin Bangsa ini kelak, sudah waktunya menampilkan sosok mereka yang muda saat ini guna membentuk mental dan karakter calon pemimpin Negara kedepan. kapan lagi mereka yang muda diberikan kesempatan untuk mengubah nasib bangsanya sendiri, bangsa ini ada dipundak para pemuda, jika mereka diberdayakan pasti perjalanan karir mereka akan lebih panjang dan gemilang untuk kedepan, terjunkan mereka untuk membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada, banyak tugas negara yang belum terselesaikan.

Tapi sangat di sayangkan, sepertinya kurang kekaguman Kita untuk itu pada ajang Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 nanti, kurang terbuka lebarnya pintu untuk mereka, di waktu yang tinggal beberapa saat lagi, kurang gencar terdengar di Media-media cetak maupun elektronik bahwa ada banyak parpol yang benar-benar jatuh hati pada pemuda bangsa ini untuk dipersiapkan penampilannya pada ajang pemilu tersebut, paling ada hanya sebagian kecil dari parpol yang memang membutuhkan dan benar-benar tau betapa pentingnya pikiran-pikiran para pemuda, itupun hanya segelintir saja. Padahal banyak dari pemuda yang tak kalah pamor dan tangguh dengan yang lainnya.

Soal popularitas memang dinomorsatukan untuk calon-calon elite negeri ini, namun soal kualitas sepertinya agak dikesampingkan. Wajar saja kalau tokoh-tokoh muda masih kurang terorbit dan terdiskridit di bangsa ini. Apa mungkin dianggap masih belum punya pengalaman dibidang perpolitikan, ingusan, kurang bijaksana, kurang terkenal, kurang banyak dukungan, masih labil lah dan sebagainya. Gimana mau berpengalaman, toh memang tak pernah diberikan kesempatan yang selebar-lebarnya bagi kaum muda. Ironis memang, tapi kenyataan seperti itu. Bayangkan saja berapa banyak Artis/selebritis yang terjun kedunia politik dengan bermodalkan popularitas semata, tak ada yang tak mungkin, padahal mereka sendiri juga sering tak becus menjalankan kehidupan keseharian mereka, bahkan tak mampu mengurus kehidupan rumah tangganya sendiri, konon berkeinginan mengurus rakyatnya. Apa hal seperti itu yang dielu-elukan RAKYAT saat ini? Jawaban ada pada diri kita masing-masing, fenomena yang saat ini terjadi memang demikian adanya, manusia sudah tak lagi menekuni satu profesi saja dibidang keahliannya, terlau banyak keinginan yang berimplikasi pada keserakahan, kalau semuanya mau memimpin, terus siapa yang hendak dipimpin?. Apa ini yang namanya ''politik coba-coba'', Namun apa hendak dikata, toh rakyatnya juga terlanjur jatuh cinta pada popularitasnya doang, bukan lagi dengan pertimbangan-pertimbangan moralitas.

Pada calon pemilih juga hendaknya harus bijak dalam menentukan pilihan, jangan pernah memandang sebelah matal para kaum muda Kita yang sebenarnya memiliki jiwa besar, mungkin mereka terlihat sebagai orang kecil saat ini, tapi percayalah kelak mereka adalah calon pemimpin Bangsa dibalik kemampuan intelegensi yang mereka miliki, sadar atau tidak bahwa banyak dari mereka yang telah masuk dalam daftar antrian para calon pemprakarsa dunia ini sekalipun.
Tags