Semangat Ramadhan

0

MANUSIA adalah hamba Allah maha suci, cinta kita kepada langit bukan berarti kita tidak menginjak bumi, justru langit mengajarkan kita dengan hujan yang membasahi bumi, menumbuhkan benih yang beristirahat dalam gelap mati. Cinta kepada Allah selalu hadiahkan dua hal kepada kita yaitu lidah dan air mata.

Namun terkadang Umat memang berbahaya penuh dengan hal-hal yang tak terduga, dia bisa menjadi selimut pelindung dari dinginnya malam dan panasnya siang, pun ia bisa menjelma menjadi monster paling menakutkan. Benar, manusia memang dipenuhi hal-hal yang tidak terduga, ia begitu lincah menafsirkan waktu yang hakikatnya tidak mereka ketahui.

Saat ramadhan, umat begitu paham tentang hikmah yang terkandung didalamnya. Banyak kita melihat umat Islam berlomba-lomba mengukir ibadah dibulan ramadhan, mereka begitu yakin bahwa Allah menjadikan ramadhan sebagai bulan penuh berkah. Akhwat-akhwat menutupi auratnya dengan hijab, di mesjid-mesjid manusia ramai dendangkan tilawah tadarus al-quran. Layar kacapun tak tertinggal siar pengajian, hingga film gairah cinta diganti menjadi tasbih cinta agar ma'ruf, sinetron nikmatnya pacaran diganti menjadi indahnya ta'aruf.

Ramadhan memang ajaib, ia mampu membuat perubahan 180 derajat. Namun sayangnya setelah ramadhan banyak yang kembali bejat. Inilah yang menyebabkan luka terperih bagai disulit api. Perubahan dimata ternyata tidak sampai keakar hati. Ketika ramadhan umat begitu taat kepada sang pencipta, sama halnya seperti yang dilansir teraspos.com, ormas dan aparat membakar semangat  dengan sejumlah anggota secara rutin di bulan ramadhan merazia tempat-tempat hiburan. Sesaat  tempat-tempat hiburan dan para aktivis maksiat mungkin sadar namun setelahnya juga tak membuat mereka taubat.

Sekulerisme terlihat sukses menarik umat dalam jurang kegelapan yang paling dalam, tanpa sisakan secercah sinar yang bahkan untuk mengurai air mata.  Sekularisme ajarkan bahwasanya Allah pergi meninggalkan manusia dan tak lagi menghitung amalan manusia selain pada bulan ramadhan yang mulia.

Mari kita lihat, bagaimana bisa seorang muslim tahankan apa yang halal baginya karena Allah diwaktu siang namun justru berbuka dengan apa Allah haramkan. Menahan makanan, minuman karena Allah disiang hari, namun justru berbuka dengan riba dan maksiat yang Allah benci.

Mungkin dalam hati kecil kita rindukan terang Allah, namun syetan melakukan tugasnya dengan baik hingga kita lebih suka dalam kegelapan. Kita lupa, bahwa lebih terhormat mati didalam terang daripada hidup dalam kegelapan. Setidaknya kita dilihat dan diingat. Dalam kegelapan mungkin kita nyaman, namun tak seorangpun tahu eksistensi kita walau kita hidup, juga ingat nama kita.

Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah,  marilah sejenak kita renungkan bersama bahwa Allah juga ada dan menghitung amalan kita selain di bulan ramadhan yang mulia. Maka, segeralah kobarkan semangat dakwah dan ibadah kita, tinggalkan kebiasaan kita yang terus berkutat dalam kezaliman atau dengan apa yang dibenci oleh Allah. Sekarang, bulan suci ramadhan telah bersama kita dan bahkan tanpa terasa akan berakhir. Sudahkah kita meninggalkan semua kemaksiatan yang Allah murkai dan sudahkan kita menjadikan Islam sebagai tujuan utama kita? Ataukah segala ibadah yang kita lakukan hanya semata untuk bulan ramadhan? Lepas ramadhan, maka semua itu ditinggalkan.

Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah. Kita hidup tidak hanya dibulan ramadhan dan kita hidup juga tidak hanya untuk ibadah ritual. Akan tetapi kita hidup selain untuk menshalehkan diri kita, juga kita harus menshalehkan jamaah, menyeru pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Untuk itu, mari jadikan bulan ramadhan ini sebagai bulan perubahan yang hakiki, satukan aqidah, kokohkan barisan tegakkan Islam hanya Islam yang menjadikan hidup kita sejahtera, dan hanya dengannya Islam kita mampu mengenal jati diri kita, alam semesta dan zat yang telah menciptakan kita.[]

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)