Ramadhan Tanpa Khilafah

0
Musri | Mahasiswa Universitas Samudra
INGIN kusampaikan kembali dari apa yang pernah diutarakan Ustadz Felix Y Siauw dalam tausiyahnya. Dimana ketika bulan ramadhan menjelang. Seperti biasa kita akan melihat perubahan ada dimana-mana dalam berbagai rupa. Hari-hari awal pastilah mesjid penuh sesak dengan tarawihan dan mushalla ramai manusia dendangkan tilawah tadarus al-quran. Akhwat-akhwat mulai tutupi auratnya dengan hijab, artis-artis terhadap apa yang disiarkannya pun mulai bertanggung jawab, bahkan sinetron Romeo Juliet diganti menjadi Sofa Marwah saat ramadhan. Layar kaca pun tak tertinggal siar pengajian, film Gairah Cinta dipending menjadi Tasbih Cinta agar ma’ruf, judul Nikmatnya Pacaran diganti menjadi Indahnya Ta’aruf. Tidakkah kita tersenyum geli melihat tingkah pola umat Islam, itulah tanda mereka masih berkutat dengan pemikiran zhalim.

Tapi ramadhan memang ajaib, ia mampu membuat perubahan 180 derajat. Namun sayangnya, setelah ramadhan banyak yang kembali bejat. Ini pula disebabkan luka tak terperih bagai disulit api. Perubahan dimata ternyata belum sampai ke akar hati. Sekularisme memang menarik umat kejurang kegelapan yang paling dalam, tanpa sisakan secercah sinar yang bahkan untuk mengurai air mata. Sekularisme ajarkan bahwasanya Allah pergi meninggalkan manusia dan tak lagi menghitung amalan manusia selain pada bulan ramadhan yang mulia.

Bagaimana bisa seorang muslim tahankan apa yang halal baginya karena Allah diwaktu siang namun justru berbuka dengan apa Allah haramkan. Dia menahan makanan, minuman karena Allah disiang hari, namun ia berbuka dengan riba dan hukum taghut yang Allah benci.

Umat memang berbahaya penuh dengan hal-hal yang tak terduga, dia bisa menjadi selimut pelindung dari dingin malam dan panasnya siang, pun ia bisa menjelma menjadi monster paling menakutkan. Membenamkan kuku ucapannya dalam hatimu yang paling dalam, menghujam belati beracun disetiap bagian tubuhmu yang mampu ia jangkau, menunjukkan cahaya bagi mereka yang terlalu lama dalam kegelapan, sama saja memberinya rasa sakit.

Mungkin dalam hati kecil mereka rindukan terang Allah, namun syetan melakukan tugasnya dengan baik hingga lebih suka dalam kegelapan. Mereka lupa, bahwa lebih terhormat mati didalam terang daripada hidup dalam kegelapan. Setidaknya kita dilihat dan diingat. Dalam kegelapan mungkin kita nyaman, namun tak seorangpun tahu eksistensi kita walau kita hidup, juga ingat nama kita.

Kita adalah hamba Allah maha suci, cinta kita kepada langit tak berarti kita tidak menginjak bumi, justru langit mengajarkan kita dengan hujan yang membasahi bumi, menumbuhkan benih yang beristirahat dalam gelap mati. Cinta kepada Allah selalu hadiahkan dua hal kepada kita yaitu lidah dan air mata. Kita memang harus selalu berdo’a kepada Allah memberi semua pengemban dakwah mampu merebut kemuliaan ramadhan dan karunia yang Allah limpahkan didalamnya. Karena tiap perkataan mereka bagai penyambung nafas dunia, menghindarkan umat dari kerusakan sehabisnya.

Mungkin umat bagai laron yang tak suka dihalau api, mungkin ia akan menggigit tangan yang menghalaunya dengan kecelakaan, tapi itulah kenikmatan dakwah yang juga dirasakan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, penghulu segala kebaikan. Bilakah pantas seorang manusia berkeluh kesah terhadap dakwah, manakala taula dan Nabi Muhammad SAW bersemangat menjalankannya. Benar, logam akan berkarat seiring waktu namun emas tetaplah emas dan waktu adalah satu-satunya pemisah antara keistiqamahan dan yang ditinggalkan.

Saudaraku kaum muslimin yang di Rahmati Allah, demikianlah sekilas renungan ramadhan yang kembali saya coba sampaikan, semoga kita tidak terus berkutat dalam kezaliman atau dengan apa yang dibenci oleh Allah. Sekarang, bulan suci ramadhan telah bersama kita dan bahkan tidak terasa akan berakhir. Sudahkah kita meninggalkan semua hukum-hukum kufur yang Allah benci dan sudahkan kita menjadikan Islam sebagai tujuan utama kita? Ataukah segala ibadah yang kita lakukan hanya semata untuk bulan ramadhan? Lepas ramadhan, maka semua itu ditinggalkan.

Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah. Kita hidup tidak hanya dibulan ramadhan dan kita hidup juga tidak hanya untuk ibadah ritual. Akan tetapi kita hidup selain untuk menshalehkan diri kita, juga kita harus menshalehkan jamaah, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, juga meninggalkan semua hukum-hukum kufur dan kembali menerapkan hukum-hukum Allah secara kaffah. Untuk itu, mari kita satukan aqidah, kokohkan barisan tegakkan syariah dan khilafah, karena hanya dengan Khilafah, Islam akan kembali memimpin dunia. Insya Allah.

Penulis,
M U S R I
Syabab DPD II HTI Kota Langsa
Tulisan di ulas dari Tausiyah Ramadhan Ustadz Felix Siauw
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)