Banjir edisi ini menelan korban

0
foto serambi
samudranews.com | LANGSA - Banjir di Aceh semakin parah, Kamis (25/12) kemarin. Cakupannya meluas, melanda sebelas kabupaten/kota: Sabang, Pidie, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Utara, Langsa, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Aceh Barat, hingga Aceh Singkil. Dampak terparah dirasakan di Aceh Utara dan Aceh Timur. Bahkan dua warga Peudawa, Aceh Timur, meninggal dalam bencana (satu di antaranya terkejut mendengar petir saat hujan lebat), dan satu warga Langsa hanyut.
Dua warga Kecamatan Peudawa Rayeuk, Aceh Timur, dilaporkan meninggal kemarin seiring bencana banjir disertai guyuran hujan deras dan petir yang melanda kabupaten itu.
Camat Peudawa Rayeuk, Usman SIP kepada Serambi menyebutkan, pada Rabu (24/12) sekitar pukul 22. 30 WIB, seorang warganya, Jamalul bin Abdurrahman (8) tinggal di Desa Meunasah Kreung, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur, ditemukan tewas akibat tenggelam dan tersangkut di Alur Khulek saat desa itu dilanda banjir.
Menurut ibu korban, Mariani, korban Jamalul pada Rabu (24/12) sore bermain sambil berenang di tepi alur desa yang berarus deras akibat banjir. Hingga Magrib korban tak pulang ke rumah. Ternyata korban terseret arus air bah.
Kamis (25/12), Halimah (62), warga Desa Blang Kuta, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur, meninggal sekitar pukul 09.30 WIB, akibat terkejut mendengar suara petir saat hujan deras yang memicu banjir, melanda kawasan itu.
Saksi mata menyebutkan, saat terdengar petir menggelar, korban langsung terjatuh di teras rumahnya. Kejadian itu pertama kali diketahui oleh anaknya, Azizah (45). Pihak keluarga berencana membawa korban ke Puskesmas Peudawa, namun 15 menit saat hendak dibawa ke puskesmas korban mengembuskan napas terakhir. “Korban diduga menderita serangan jantung,” kata camat setempat.
Dari Langsa dilaporkan, seorang pelajar SMP, Fadil (14), warga Lorong 3, Gampong Seulalah, Kecamatan Langsa Lama, Kamis (25/12) sore terbalik dari atas ban yang ia jadikan pelampung lalu hanyut saat mandi di Krueng Langsa, Tanjung Putus, Gampong Jawa, Kecamatan Langsa Kota yang sedang meninggi debit airnya karena banjir.  Pencarian hingga tadi malam terus dilakukan, namun korban belum diketemukan.
Banjir juga melanda Kabupaten Bireuen, terparah di Kecamatan Makmur. Ketua PMI Makmur, Faisal menyebutkan 60 kepala keluarga (KK) atau 303 jiwa warga Desa Leubu Mee Makmur terpaksa mengungsi ke meunasah terdekat akibat banjir yang melanda kawasan itu sejak tiga hari terakhir.
Selain itu, belasan warga Lhok Mambang, Gandapura, Bireuen, juga mengungsi ke meunasah setempat setelah rumahnya tergenang air lebih dari satu meter. Ratusan hektare tambak ikan dan udang di Samuti Makmur rusak, pematang tambak tak lagi kelihatan karena ditutup banjir, kata warga setempat, Muammar Kadafi. Selain itu, ratusan hektare padi di Kecamatan Makmur, Peusangan, Jangka, Juli, Jeumpa, Gandapura, Peusangan Siblah Krueng terendam air.  
Bupati Bireuen, H Ruslan M Daud meminta seluruh dinas mendata dampak dari banjir besar yang melanda Bireuen sejak seminggu terakhir serta turun ke lapangan melihat langsung dampak yang dirasakan korban banjir.
Dari Lhoksukon dilaporkan, 26 dari 27 kecamatan dalam Kabupaten Aceh Utara, mulai Rabu (24/12) sore terendam banjir setinggi 1-3 meter. Hingga Kamis (25/12) pukul 18.00 WIB, hanya Kecamatan Nisam Antara yang belum terkena banjir.
Ratusan KK di Kecamatan Pirak Timu, Matangkuli, Baktiya Barat, Seunuddon, Lhoksukon, Paya Bakong, dan Tanah Luas sudah terisolir.
Kecamatan yang terendam banjir mulai Rabu (24/12) adalah wilayah barat Aceh Utara. Di antaranya, Sawang, Muara Batu, Dewantara, dan Banda Baro, dan Nisam. Sedangkan di kawasan wilayah timur air mulai bertambah naik setelah kawasan itu diguyur hujan lebat sejak Rabu (24/12) malam hingga kemarin siang.
Di Kecamatan Tanah Luas, kawasan Desa Teupin Me, Desa Blang yang jarang terendam banjir, tapi kemarin terendam setinggi 1,5 meter di badan jalan. Begitu juga kawasan kemukiman Blang Asan Syamtalira Aron. Jalan nasional dari Simpang Mulieng Syamtalira Aron sampai ke kawasan Lhoksukon dan di kawasan Baktiya Barat juga terendam. Kondisi terparah terjadi di Keude Lhoksukon, dengan ketinggian air 80 cm. Sedangkan di rumah warga pada lokasi tertentu mencapai 3 meter.
Sejumlah korban banjir di Kecamatan Lhoksukon mengaku pasrah dengan kondisi yang terjadi. Mereka tak bisa berbuat banyak saat persediaan sembako makin menipis. “Kalaupun ada uang tak tahu harus beli di mana,” kata Syamsidar, sebagaimana dikutip relawan RAPI Banda Aceh, Kho Khie Siong yang akrab disapa Aky.
Sementara itu, jumlah pengungsi akibat banjir di Kota Lhokseumawe sudah mencapai 3.400 jiwa dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Banda Sakti mencakup Desa Pusong dan Teumpok Teungoh. Di Kecamatan Blang Mangat mencakup Desa Asan Kareung, Mane Kareung, Kumbang, dan Blang Buloh, serta Kecamatan Muara Satu, di Desa Cot Trieng dan Ujong Pacu. “Ketinggian air ada yang mencapai dua meter seperti di Desa Cot Trieng,” ujar Kepala BPBD Lhokseumawe, Bakhtiar.
Hujan deras juga menyebabkan ribuan rumah di Kecamatan Panga dan Setia Bakti terendam banjir Kamis (25/12). Tinggi air di rumah warga mencapai 1/2-1 meter.
Kepala BPBD, Aceh Jaya, Amren Sayuna menyebutkan, meski banyak desa dilanda banjir, namun belum ada warganay yang menggungsi.
Hujan deras tida henti di Kota Sabang sejak Selasa (23/12) sore hingga Kamis (25/12) telah memicu banjir bandang. Selain merendam ratusan rumah warga, juga mengakibatkan puluhan meter ruas jalan Gampong Ujung Kareung-Anoi Itam amblas dengan kedalaman 2 meter lebih.
Banjir bandang menerjang Kota Sabang sejak Selasa (23/12) malam, namun puncaknya terjadi mulai Kamis (25/12) sekitar pukul 03.00 WIB.
Kendati tak ada korban jiwa, namun banjir yang terjadi menjelang subuh itu telah memunculkan kepanikan luar biasa. Masyarakat lari kucar-kacir sambil menyelamatkan barang dari rumah masing-masing yang direndam air bercampur lumpur.
Bahkan banjir bercampur lumpur menjelang subuh itu telah mengakibatkan sekitar 200 KK yang berdomisili di Jurong Ulee Krung, Jurong Blang Tunong dan Jurong Mulia, terpaksa mengungsi ke gedung SMP lama dan rumah faimili.
Banjir juga menerjang ratusan tambak ikan dan udang milik masyarakat yang siap panen. “Banjir ini merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir,” kata Kabag Pemerintahan Setdako Sabang, Syahrial.
Sementara itu, BPBD Pidie mencatat hingga Kamis (25/12) jumlah korban banjir di Pidie mencapai 7.668 jiwa di sebelas kecamatan. Jumlah rumah yang terendam sebanyak 2.005 rumah.
Kondisi terbaru pada Kamis (25/12), banjir melanda Kabupaten Pidie sejak Senin (22/12) belum surut sepenuhnya. Sebab, sampai kemarin hujan deras terus melanda daerah tersebut. Ada rumah masih banjir, ada pula sudah surut seluruhnya.
Di samping itu, Kepala Pelaksana BPBD Pidie melaporkan, jumlah sawah terendam akibat banjir mencapai 3.166 ha. Tambak hancur 566 ha dan Daerah Aliran Sungai (DAS) rusak 6.060 meter.
Banjir yang merendam Kecamatan Singkil, Aceh Singkil, Kamis (25/12) makin meninggi. Umpamanya di badan jalan Singkil-Singkil Utara, kawasan Desa Pemuka dan Ujung Bawang, yang sebelumnya genangan banjir hanya setumit, kemarin mencapai sebetis orang dewasa. Sementara sebaran banjir sejauh ini terjadi di sembilan desa yang ada di ibu kota kabupaten tersebut.
Selain bertambah dalam, banjir yang menggenangi badan jalan berarus deras. Bahkan sepeda motor yang memaksa menerobos ada jatuh terseret arus. Ada juga yang mogok karena air sudah melewati mesin. “Aku tidak berani lewat airnya deras, kereta (sepeda motor) orang aja ada yang mogok,” kata Lelek (43) pedagang keliling.
Kepala BPBD Aceh Singkil, Sulaiman mengatakan, banjir yang merendam disebabkan air kiriman. Sampai di Singkil, tidak bisa langsung ke laut, sebab tertahan karena sedang musim pasang gembung. (http://aceh.tribunnews.com/2014/12/26)
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)