Umat Butuh Penyangga Aqidah

0
samudra news
Umat Butuh Penyangga Aqidah
Oleh Riki Nasrullah (ketua LDK DKM Unpad)

Kita mesti mengakui bahwa keberadaan aqidah merupakan hal yang penting dan strategis bagi kehidupan seseorang. Bagi umat Islam, aqidah merupakan landasan kehidupan; baik kehidupan individu, masyarakat maupun Negara. Aqidah ini juga yang menjadi penentu arah bagi seseorang dalam menjalani kehidupannya. Kemudian, aqidah Islam juga mempunyai posisi sebagai pendorong perubahan dan menjadi sumber dasar bagi kebangkitan umat Islam, serta menjadi penentu maju atau mundurnya umat Islam. Hal ini bisa kita saksikan dengan jelas dari shirah nabawiyah. Dalam pentas sejarah dunia, bangsa Arab telah hadir menjadi suatu kaum yang mampu berbicara banyak dalam pentas perpolitikan dunia. Kebangkitan bangsa Arab terlihat jelas sekita 14 abad yang silam. Bangsa Arab, sebuah bangsa yang sebelumnya tidak mempunyai sejarah emas dan tidak diperhitungkan keberadaannya oleh dunia, tiba-tiba dengan serta merta bangsa Arab hadir dan muncul ke pentas sejarah dengan penuh kewibawaan. Ia hadir dengan penuh kecemerlangan yang membuat bangsa itu disegani lawan maupun kawan. Namun sadarkah kita, bahwa semua ini hadir bukan tanpa alasan. Bangsa Arab hadir menjadi Negara yang disegani, sesaat setelah mereka memeluk Islam sebagai aqidah dan syariat mereka. 

Nampaknya hari ini umat Islam sudah kehilangan taji dan kewibawaannya di tengah pentas dunia. Islam yang sempat hadir sebagai Negara adidaya dan mampu menguasai hampir 2/3 belahan dunia ini, kini umat Islam menjadi korban pesakitan pasca runtuhnya penyangga aqidah umat, yakni Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924 silam. Sesaat setelah itu, umat Islam menjadi negeri-begeri kecil yang lemah dan terjajah. Kemudian tidak sampai disana, kini umat Islam telah menjadi objek penjajahan oleh bangsa kafir penjajah. Semuanya bisa kita ambil simpulnya bahwa aqidah umat Islam kini sudah miris dan jauh dari kemurniannya. Itulah beberapa bukti betapa aqidah Islam ini telah menjadi sumber kebangkitan dan penentu maju dan mundurnya umat Islam. Saat ini, aqidah Islam tidak lagi dijadikan sebagai landasan kehidupan, baik dalam ranah individu, masyarakat, maupun Negara. Apalagi saat ini, aqidah Islam tidak lagi dijadikan sebagai sumber kebangkitan bagi umat. Seandainya aqidah sudah tidak lagi dijadikan sebagai landasan kehidupan dan sumber kebangkitan, maka tunggulah saatnya umat ini hadir dengan penuh kenistaan, kehinaan, dan malapetaka. 

Kenistaan dan kehinaan di tubuh umat Islam

Saat ini kondisi umat Islam sangat memprihatinkan di setiap lini kehidupan. Kita bisa saksikan, bagaimana di bidang politik, umat Islam sudah enggan diatur dengan aturan yang berlandaskan aqidah Islam. Di bidang ekonomi, mereka lebih senang diatur dengan sistem ekonomi kapitalisme. Dan di bidang-bidang lainnya, umat Islam sudah jauh dari pemikiran dan aqidah Islam. Fenomena ini bukan tanpa sebab. Ada banyak faktor yang menyebabkan umat Islam kian hari kian terpuruk. Salah satunya adalah sudah ditinggalkannya aqidah Islam yang murni dan tidak dijadikannya aqidah Islam sebagai landasan kehidupan dan sumber kebangkitan. Sehingga tidak heran ketika kita menyaksikan sebuah fakta yang menyesakkana hadir silih berganti menjangkiti umat Islam kini. 

Jauhnya umat Islam dari pemikiran dan aqidah Islam disebabkan oleh beberapa faktor. ada faktor internal dan ada juga faktor eksternal. Di dalam faktor internal, kita bisa menyaksikan bagaimana aqidah Islam kini sudah jauh dari kemurniannya. Munculnya mazhab-mazhab aqidah di tubuh umat Islam telah menyisakkan derita yang berkepanjangan. Aqidah Islam hari ini sudah terjangkiti pemikiran-pemikiran kufur dan jauh dari kemurnian Islam. Aqidah mazhab, aqidah ilmu kalam, dan aqidah kefilsafatan telah menjadi fenomena tersendiri yang hadir sebagai pengeruh aqidah umat Islam. sehingga ketika kita meyakini bahwa aqidah Islam itu akan membuat pengembannya untuk bangkit dari keterpurukan, lantas kita pun bertanya, aqidah yang mana sebetulnya yang akan membangkitkan umat ini?. Pertanyan ini wajar menyeruak ke permukaan, karena saat ini ada banyak mazhab aqidah di tengah-tengah umat. Tentu aqidah yang akan membangkitkan umat adalah aqidah yang murni, shahih dan didasarakan kepada sumber hukum yang qath’i, yakni al-quran dan as-sunah. Inilah aqidah Islam yang murni yang akan menjadi sumber kebangkitan aumat. Bukan aqidah mazhab, bukan pula aqidah ilmu kalam, apalagi aqidah kefilsafatan. 

Dari faktor eksternal, umat Islam saat ini sedang diserang oleh pemikiran-pemikiran kufur yang dijejalkan oleh para kafir penjajah ke dalam tubuh umat Islam. Hal ini bisa kita saksikan dari banyaknya pemikiran-pemikiran kufur yang diterima dan diemban dengan sukarela oleh umat Islam; baik secara individu, masyarakat, maupun Negara. Kita bisa saksikan, bagaimana pandangan umat Islam itu sendiri yang menganggap bahwa Islam itu hanya berlaku di masjid-masjid saja, dan tidak berlaku tatkala kita beraktivitas di Negara dan pasar. Inilah pemahaman sekularistik yang akan semakin menjauhkan umat Islam dari aqidahnya yang murni. Sehingga dengan semakin jauhnya umat Islam dari aqidahnya yang murni, maka kebangkitan pun akan semakin jauh dari wajah umat Islam. 

Dewasa ini, kita bisa menyaksikan banyaknya fenomena yang akan menggerogoti aqidah umat Islam. Munculnya fenomena nikah beda agama, ikut serta dalam perayaan natal dan upacara keagamaan nonmuslim, ikut serta dalam penyebaran syiar agama lain, menganggap bahwa Islam dengan agama lain itu sama, dan fenomena-fenomena lainnya yang sudah jauh dari kejernihan aqidah Islam. 

Dengan dalih toleransi, umat Islam dipaksa untuk menerima dan menganggap bahwa agama lain, seperti Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu, dll., adalah sama. Paham inilah yang saya katakan sebagai paham sinkretisme, yakni menganggap bahwa semua agama adalah sama. Lantas kalau seperti itu, untuk apa Allah menurunkan firmannya di dalam Alquran surat Ali Imran ayat 19. 

Ø¥ِÙ†َّ الدِّينَ عِÙ†ْدَ اللَّÙ‡ِ الإسْلامُ

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”

Ayat ini sudah jelas mengatakan bahwa agama yang diridai Allah itu hanyalah Islam. Artinya, ayat ini sudah meniadakan eksistensi agama lain di sisi Allah. Tidak ada agama lain di sisi Allah, kecuali Islam saja. Sehingga kita pun mesti sadar akan bahaya paham sinkretisme yang menganggap bahwa semua agama itu sama. 

Pemahaman dasar ini, yakni sinkretisme, yang sudah menjangkiti umat Islam telah berakibat pada pandangan derivatnya. Karena menganggap semua agama itu benar, maka umat Islam pun akan menganggap bahwa menikah dengan orang yang nonmuslim pun benar dan boleh dilakukan, mengucapkan selamat dan ikut serta dalam perayan agama lain juga dianggap sebagai hal yang diperbolehkan oleh syariat, bahkan yang paling parah adalah pindah agama dan mengakui eksistensi agama lain juga adalah sebagian dari ajaran agama Islam. Benar-benar kondisi yang picik dan menjijikan dan tidak layak untuk diterima oleh umat Islam. 

Di sisi yang lain, umat Islam kini sedang dijadikan sasaran empuk oleh para misionaris Kristen untuk masuk memeluk agama Kristen. Bulan November 2014, umat Islam harus kembali mengelus dada dan menerima fakta menyakitkan. Di Ibu Kota Negara, terjadi agenda kristenisasi yang begitu masif. Sasaran dari agenda ini tidak pandang bulu, mulai dari anak-anak baru gede yang masih labil, sampai orang tua dengan usia di atas 50 tahun. Bahkan, yang paling menyakitkan lagi adalah diamnya tokoh-tokoh agama yang paham, tatkala menyaksikan aqidah umat Islam digerogoti hingga akar-akarnya. 

Fenomena-fenomena seperti di atas, seperti legalisasi nikah beda agama, mengucapkan selamat dan ikut serta dalam perayaan agama lain, dan krtistenisasi yang massif, adalah hal yang biasa di sebuah negeri yang menganut sistem kapitalisme-demokrasi. Demokrasi yang salah satu idenya adalah liberalisme, telah mengaminkan dan melenggangkan aktivitas-aktivitas seseorang sekalipun aktivitas tersebut bertentangan dengan aqidah Islam. Liberalisme juga yang telah membidani lahirnya ide sinkretisme di tengah-tengah umat Islam. Sehingga aqidah dan pemikiran umat Islam sedikit demi sedikit terkikis dan habis. Hal ini bukan hal yang aneh, karena demokrasi dan ide liberalismenya sejak lahir merupakan alat untuk mengelabui umat Islam agar jauh dari pemahaman Islamnya. 

Khilafah Penyangga Aqidah Umat

Saat ini, sebagian umat Islam masih memegang aqidah Islam, sekalipun aqidah yang diembannya adalah aqidah mazhab, aqidah kalam, dan aqidah kefilsafatan. kita bisa memandang hal ini karena umat Islam saat ini siang malam masih menyatakan : Laa Ilaha Illa Allah. Setidaknya kalimat tersebut terucap saat melaksanakan salat wajib lima waktu. Namun demikian, aqidah umat Islam saat ini telah kehilangan tiga hal berikut :

  1. Kehilangan ikatan dengan pemikiran, kehidupan, dan sistem hukum yang mengatur kehidupannya.
  2. Kehilangan konsepsi tentang apa yang akan datang setelah kehidupan (Hari Kiamat dan Hisab).
  3. Kehilangan tali ikatan antarsesama muslim sebagai sebuah komunitas, atau ukhuwah Islamiyah.

Akibat dari ketiadaan tiga hal di atas, aqidah umat Islam hari ini bak mayat, karena telah dipisahkan dari pemikirannya. Aqidah umat ini juga tidak lagi mampu menggetarkan mereka dari azab Allah di akhirat serta kerinduan untuk mendapatkan surga-Nya. Kemudian, umat ini juga telah terpecah belah dan bercerai-berai menjadi bangsa-bangsa kecil yang lemah, dan terjajah. Umat Islam kini telah terpecah menjadi lebih dari 50 entitas politik yang tidak punya kekuatan apapun. 

Kemerosotan aqidah yang menjangkiti umat Islam saat ini disebabkan ketiadaannya sebuah institusi yang akan menyangga dan menjaga aqidah umat. Karena aqidah Islam adalah aqidah amal, yang akan mendorong pemeluknya untuk melaksanakan amal salih. Amal salih ini adalah manifestasi dari aqidah dan ketakwaan kepada Allah. Sejatinya, ketakwaan itu bukan hanya ketakwaan individu belaka, melainkan mesti juga kita memupuk ketakwaan masyarakat dan Negara. Hal ini tidak akan bisa terjadi selama institusi pembentuk ketakwaan masyarakat dan Negara tidak ada. institusi itu di dalam Islam dinamakan Khilafah Islamiyah. 

Khilafah Islamiyah sebagai institusi yang akan melaksanakan syariat Islam secara kaffah dan menyebarluaskan Islam dengan dakwah dan Jihad ini akan menjadi institusi pembentuk ketakwaan individu, masyarakat, dan Negara. Salah satu tujuan dari pelaksanaan syariat Islam adalah Hifdzun Ad-Din, yakni menjaga agama dalam hal ini akidah Islam. Salah satu fungsi keberadaan khilafah islamiyah adalah menjaga aqidah Islam di tengah-tengah umat Islam. Karena pada hakikatnya, Khilafah juga didasarkan kepada aqidah Islam yang murni. 

Inilah mengapa keberadaan khilafah menjadi penting di tengah-tengah umat Islam. Khilafah akan menjaga umat Islam dari penghinaan terhadap Islam dan kaum muslim. Khilafah juga akan menjaga akidah umat Islam sehingga usaha-usaha untuk menghancurkan umat Islam tidak akan terjadi ketika khilafah tegak. Khalifah akan menindak dengan tegas para missionaris yang akan menghancurkan aqidah umat Islam. 

Oleh karenanya, ketiadaan khilafah ini mesti dijadikan sebagai problem utama umat Islam hari ini. Sehingga umat Islam terpacu dan bergandengan tangan untuk kembali menyegerakan tegaknya syariat Islam dalam bingkai daulah khilafah Islamiyah. 

Kewajiban menegakkan khilafah yang merupakan perkara maklu [un] min ad-din bi ad-dharurah – dalam rangka mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin – merupakan manifestasi dari akidah Islam itu sendiri. Aqidah Islam yang merupakan aqidah perjuangan ini semestinya mendorong umat Islam untuk terus berjuang menyegerakan tegaknya khilafah Islamiyah. Karena dengan khilafahlah umat ini akan bisa menjalankan seluruh perintah dan larangan Allah yang dituntut oleh aqidah Islam dengan sempurna. Dengan khilafah pula aqidah Islam ini akan bisa terjaga dan dipertahankan dari kemurniaanya. Karena itu pula, siapa saja yang hendak menjaga kemurnian aqidah Islam, sebagimana aqidah yang digali dari sumber yang qath’i (Al-quran dan As-sunah), tidak akan pernah berhasil meraih tujuannya tanpa berjuang menegakkan khilafah Islamiyah. Walhasil, mereka yang mengklaim aqidahnya sahih, tetapi tidak terdorong bahkan enggan untuk berjuang menegakkan khilafah, sesungguhnya telah mengindikasikan bahwa akidahnya itu bak mayat, dan tentu mesti dipertanyakan kesahihan akidahnya tersebut. 

Wallahu A’lamu Bi Ash-showab [] [www.al-khilafah.org]
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)