Kekerasan Terhadap Jurnalis Meningkat di Tahun 2012



JAKARTA | Samudra News - Kasus kekerasan terhadap jurnalis selama periode Desember 2011 hingga Desember 2012 terjadi 56 kasus. Jumlah ini belum termasuk 12 kasus yang terjadi di provinsi Papua. Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, terjadi peningkatan kepada jurnalis.


Pada 2011 Aliansi Jurnalis Independen mencatat 49 kasus kekerasan, sementara pada 2010 terjadi 51 kasus kekerasan.

Dari rilis Catatan Akhir Tahun 2012 AJI Indonesia seperti yang dirilis merdeka.com, dari 56 kasus kekerasan pada 2012, 18 berupa serangan fisik, 15 kasus ancaman, 10 perusakan dan perampasan alat, 7 kasus pengusiran dan pelarangan meliput, dan 3 demonstrasi disertai pengerahan massa, 2 sensor, dan peretasan web terjadi 1 kasus.

Hanya tujuh kasus yang ditangani penyidik polisi maupun polisi militer. Sisanya, tak tertangani dan pelakunya tak tersentuh hukum.

Sementara, aparat pemerintah sebagai pelaku kekerasan berada di posisi teratas dengan 13 kasus, disusul polisi dengan 11 kasus, dan TNI sebanyak 9 kasus.
Tidak hanya itu, pengusutan kasus kekerasan terhadap jurnalis tidak dilakukan secara maksimal oleh aparat.

Dalam kasus pembunuhan jurnalis Metro Manado M Aryono Linggotu, Kepolisian Resor Manado enggan menelusuri kemungkinan pembunuhan itu terkait profesi Ryo sebagai jurnalis. Padahal Ryo dikenal sebagai jurnalis yang kritis meliput peristiwa kriminal di lingkungan Polresta Manado.

Sejak terbunuhnya Ryo pada 25 November 2012, polisi baru menetapkan seorang tersangka, yaitu seorang anak di bawah umur. Jika polisi bersungguh-sungguh dan lebih profesional, kasus pembunuhan Ryo di Manado sesungguhnya dapat diungkap.

Seperti halnya keberhasilan Polda Bali pada 2009 mengungkap kasus pembunuhan wartawan Radar Bali AA Prabangsa dengan menyeret 10 orang pelaku ke penjara.

Beberapa kasus kekerasan terhadap jurnalis yang berujung pada kematian yang belum dapat diungkap oleh petugas kepolisian antara lain, para pelaku pembunuhan Fuad Muhammad Syarifuddin (Udin), Naimullah, Agus Mulyawan, Muhammad Jamaluddin, Ersa Siregar, Herliyanto, Adriansyah Matra'is Wibisono dan Alfred Mirulewan tak pernah terungkap.[]