Euforia Sesaat Tahun Baru

0
samudra news
Euforia Sesaat Tahun Baru
Selalu saja begitu adanya di penghujung tahun, pergeseran jarum detik menuju detik selanjutnya mampu menjadikan banyak orang larut dalam euforia sesaat.
Padahal detik menuju pukul 00.00 malam ini sama dengan detik malam sebelumnya, tanggal 30 Desember dan akan sama dengan detik malam setelahnya, malam 02 Januari.
Mereka terjebak dalam sebuah potongan waktu yang begitu amat singkat namun tak memberi pengaruh apa-apa pada diri pribadi, bangsa bahkan agama.
Orang-orang yang merayakan ini terlihat bahagia, senyum dan canda penuh tawa, riang penuh kemeriahan dan kemewahan di malam ini.
Sayangnya tak ada keimanan yang bertambah di jiwa, tak ada kesadaran yang mampu dihentak, tak ada kelalaian yang disadarkan kembali. Justru adegan-adegan kesyirikan dan kemaksiatan yang diperagakan semakin menguburkan iman dan menyuburkan kelalaian.
Kita patut bersedih, inilah dunia yang mempertontonkan fitnahnya di akhir zaman. Sesuatu yang sejatinya menjadi tuntutan Islam dilakukan dikatakan tabu dan yang sejatinya tabu semakin dielu-elu. Inilah dunia dengan gemerlapnya semakin menghiasi diri dengan pesona semu.
Keluarga muslim adalah keluarga bijak dan bersahaja. Mereka begitu paham apa yang mesti dilakukan. Mereka memiliki kekuatan dan wibawa sehingga dengan mudah menahan diri dari hal-hal yang tidak bersahaja. Mereka paham perayaan tahun baru adalah sebuah senyuman hampa dan keronta.
Begitu bersahajanya wanita muslimah yang paham dengan kodrat dan jatidirinya. Mereka berdiam diri dalam rumah-rumah mereka apalagi ketika fitnah melanda. Mereka setia dalam imannya yang menancap kuat di dada hingga perayaan-perayaan murahan seperti ini tak sedikitpun mampu menggoda.
Mereka jelita dalam balutan ilmu hingga perayaan-perayaan seperti ini tak mampu merayu mereka walau hanya sekedar mengintip langit malam yang berhias kembang api di luar sana. Mereka juga syahdu dalam do’a-do’a untuk muslimah lainnya yang sedang terjebak dalam gempitanya malam.
Mereka adalah wanita muslimah di akhir zaman yang berusaha menjaga iman. Tak sepantasnya bagi mereka untuk larut dalam euforia seperti ini. Mereka belajar untuk tetap teguh dalam ilmu.
Perayaan tahun baru adalah perayaan orang kafir dengan segala aktifitas sia-sia dan haram. Cukuplah mereka dalam rumah bersama suami, anak-anak dan orang-orang yang mereka sayangi di malam ini dan malam lainnya.
Tiap malam mereka adalah malam-malam istimewa yang terlalui dengan ilmu, amal dan cinta kepada Allah. Mereka takut menjadi wanita-wanita durhaka dan ingkar kepada Allah Rabb alam semesta.
Suami mereka adalah suami yang penuh perhatian. Dia menasehati istri tentang kodrat wanita dan kedudukannya dalam agama yang mulia ini.
Begitu kasian muslimah lainnya yang turun ke jalan-jalan. Begitu mudahnya hati mereka tertawan gemerlapnya malam dalam gempita perayaan yang semu.
Perayaan-perayaan semacam ini justru menghilangkan jati diri dan sangat merugikan wanita.
Seluruh wanita di malam ini keluar dari rumah-rumah mereka dengan segala jenis dandanan dan penampilan dari anak-anak hingga tuanya. Terutama gadis-gadis dengan pasangan mereka yang tak halal hanya sebatas ikut memeriahkan dan bersenang-senang katanya.
Sungguh, pikiran wanita mampu terstimulus dengan hal-hal yang serba wah dan bergaya mewah. Mereka berpikir bahwa perayaan ini adalah lambang kemewahan dan peradaban.
Jika ditilik di masa mendatang, wanitalah yang menjadi pengikut dominan sang Dajjal yang menawarkan surga dan neraka. Para wanita berduyun-duyun menuju dan mengikuti Dajjal. Dan jika diingat-ingat kembali dalam sebuah hadits didapati bahwa wanitalah yang menjadi penghuni terbanyak dalam neraka.
____
Pogung Dalangan, Yogyakarta
Rabu, 09 Rabiul Awwal 1436 H/ 31 Des. 2014 M

Fachriy Aboe Syazwiena

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)