Fenomena Profesi Cantik di Kalangan Pejabat Publik |
AKHIR-akhir ini publik diramaikan oleh pembicaraan dengan topik aneka profesi di kalangan pejabat publik yang disandang wanita-wanita cantik. Profesi ini sebenarnya biasa saja, hanya saja yang menjadikannya ramai dibicarakan karena yang melakoninya adalah wanita-wanita muda yang ditunjang kecantikan fisik diatas rata-rata. Kalau dulu kita dikejutkan dengan berita tentang polwan cantik yang menjadi idaman banyak pria seperti Ipda Annisa Prima, Briptu Hilda, Briptu Dara, Briptu Eka. Lalu, ada Satpol PP cantik Wilansari Ayuningtyas. Kemudian Sasa, pelayan warteg cantik asal Tegal. Terakhir, fenomena lurah cantik. Yang paling fenomenal dan fresh adalah sosok lurah cantik asal Gorontalo,Nurmala Abdul Hamid Rahmola yang mengepalai kelurahan Tilihuwa. Sebelumnya tag lurah cantik telah di isi oleh pemberitaan lurah Sadang Serang Bandung Ratna Rahayu Pitriaty. Ada pula fakta mengejutkan yang dilakukan lurah cantik asal Mamasa yang terlibat Narkoba.
Pada awalnya mungkin kebijakan
ini, yaitu memilih pejabat publik yang secara visual terlihat menarik hanyalah
trik agar masyarakat merasa nyaman ketika menunaikan aktivitasnya. Namun jika
dicermati justru hal tersebut menimbulkan trend ditengah masyarakat untuk memilih
pejabat publik karena penampilan fisik semata. Masyarakat kemudian mendamba
pejabat publik hanya karena kecantikan atau ketampanannya saja. Sedangkan
faktor lain yang justru lebih penting seperti profesional, cerdas, shalih dan
seberapa jauh kontribusinya di masyarakat menjadi urusan belakangan. Jika ini
benar, sungguh telah terjadi salah satu bentuk eksploitasi terhadap wanita.
Lebih jauh, tanpa disadari kita telah terjebak dalam standar kehidupan ala
barat yang berpandangan bahwa penampilan fisik adalah modal untuk meraih
kesuksesan.
Islam sendiri sebagai agama yang
sempurna telah memiliki standar terhadap wanita. Islam menjamin keberlangsungan
wanita dengan memaksimalkan potensi akal dan akhlaknya demi kebaikan dirinya
sendiri dan orang lain, yang tidak ada hubungannya dengan masalah kecantikan.
Islam menempatkan wanita pada posisi yang tinggi ketika ia mengedepankan
ketaqwaannya kepada Allah dibanding apapun. Kecantikan bukanlah sesuatu yang
murah yang boleh diumbar dan dipamerkan, singkatnya kecantikan bukanlah
standar.
Sungguh penampilan bukan jaminan
bahwa seseorang layak untuk menjadi panutan bagi orang lain, sangat tidak relevan jika dikaitkan dengan kemampuan
menjalankan amanah dengan baik atau tidak. Kasus lurah cantik asal Sumarorong
Mamasa, Sarawati membuktikan itu. Lurah sebagai salah satu pejabat publik harus
benar-benar dipilih secara kompeten karena dia akan memimpin sekaligus menjadi
panutan masyarakat.
Sedangkan kita sebagai anggota masyarakat seharusnya
lebih cerdas dan kritis dalam memilih. Sebagai seorang muslim sudah sementinya
kita kembali kepada standar Islam dalam memilih dan menentukan pilihan
kehidupan kita. Kita harus membuang persepsi-persepsi rusak yang sudah lama
bercokol dalam pemikiran kita, yang tidak lain adalah standar yang bercermin
pada peradaban barat. Karena Islamlah yang mampu memberikan solusi tuntas untuk
setiap permasalahan kita, ketika kita mengambilnya maka selamatlah kita di
dunia dan beruntunglah kita di akhirat. []
| samudranews.com