Valentine, Komersialisasi Kemaksiatan |
Oleh : Aisyah Karim,SH
HARI ini, saya membuka beberapa media sosial yang sering
saya gunakan. Diantara banyaknya postingan seruan dakwah terkait larangan
perayaan valentine, saya juga menemukan banyak sekali postingan euphoria
valentine dan ajakan untuk merayakannya, khususnya dari mereka yang masih muda
belia bahkan juga yang sudah dewasa dimana mereka sudah memiliki anak dan keluarga tentunya. Pun demikian yang
terjadi di dunia nyata. Anda dengan mudah mendapati berbagai iklan dan promosi
berbagai produk dengan semangat peringatan hari penyembah berhala ini. Sebagai
sesama muslim tentunya ini sangat memprihatinkan. Jauh hari telah beredar
seruan dari MUI untuk menolak perayaan valentine ini, dimana hujjah dan
argumennya sudah sangat jelas keharamannya. Namun seruan ini nyaris seperti hembusan
angin tak digubris oleh sebagian kalangan. Maraknya Valentine Day adalah bagian
dari perang pemikiran, yang juga
merupakan penjajahan budaya yang dilancarkan imperialis Barat terhadap pemuda
muslim. Tujuannya agar akidah mereka rusak, dan pergaulan bebas merebak. Bila
kita perhatikan, Valentine sering dirayakan dengan ikhtilat (campur baur
pria-wanita) bahkan dilanjutkan dengan perzinaan. Na’udzubillahi min dzalik.
Valentine day adalah komoditas
kapitalis global untuk meraup untung dari berbagai bisnis yang sangat menjanjikan.
Omzet penjualan mereka meningkat tajam di bulan Februari. Bayangkan, bisnis coklat,
bunga, pakaian, perhiasan, kuliner, boneka, alat kontrasepsi, hotel, aksesoris,
kartu ucapan selamat, bahkan bisnis tansporatasi dan kendaraan bermotor tak
kurang menggelar aneka promo dalam bulan ini. Belum lagi keuntungan yang diraup
bursa perjodohan untuk mengadakan jodoh kilat dan semacamnya, sesuatu yang
kadang berjalan diluar dari perkiraan kita. Tak ketinggalan media juga terbawa
arus kapitalisasi global, dengan ikut aktif mempropagandakan moment salah
kaprah ini.
Di Malang Jawa Timur minimarket
dan swalayan menjual paket coklat dan kondom. Sungguh memprihatinkan, lalu
siapa segmen pemasaran paket ini?. Kondom merupakan alat kontrasepsi konsumsi
orang dewasa karena dipakai saat berhubungan seksual. Lalu cokelat sebagai
lambang cinta dikaitkan dengan kondom, Apakah cinta itu harus selalu diwujudkan
dengan hubungan seksual ? Ini pemahaman yang sangat rusak. Valentine identik
dengan seks bebas. Hal ini dimanfaatkan oleh hotel untuk menawarkan diskon yang
menarik bagi pasangan Valentine yang ingin menginap. Bahkan KPAI mendapat
pengaduan dari masyarakat mengenai pelaku usaha hotel di Malang yang memberikan
diskon hingga 50 persen kepada pasangan kekasih yang menginap di Hari Valentine
(www.detik.com).
Kita patut merenungkan bagaimana
valentine telah mengambil tempat didalam kehidupan masyarakat kita, negeri
muslim terbesar dunia. Fenomena ini tentu tidak akan menyebarluas jika tidak
ada penerimaan dari masyarakat. Lemahnya pemahaman masyarakat dan jauhnya
mereka dari Islam menjadi pintu masuk yang aman bagi budaya luar. Masyarakat
seolah telah kehilangan daya kritisnya, bungkam dengan segala kerusakan disekitarnya.
Masyarakat telah hilang kewaspadaannya terhadap budaya asing bahkan lebih jauh
ikut terseret didalamnya. Idiologi kapitalisme sekuler yang memayungi negara
justru membuka kran seluas-luasnya bagi ide apapun untuk tumbuh dan berkembang
karena di lindungi oleh paham kebebasan.
Tentu, fakta adanya paket coklat dan kondom atau hotel yang jelas membuka
kampanye untuk kegiatan maksiat tidak akan seleluasa itu dalam mengomersilkan
kemaksiatan andai ada sanksi tegas dari negara. Namun, mengharapkan demikian
tentu seperti punguk merindukan bulan di dalam sistem kapitalis seperti saat
ini.
Menurut National Retail
Federation, pada tahun 2013, belanja Hari Valentine menyumbang lebih dari $ 18
milyar ke ekonomi Amerika (lihat disini).
Logikanya, valentine dirayakan secara massal dan massif bukan ? hingga menyedot
penghasilan sebesar itu. Tentunya kasih sayang menaungi Amerika dan
masyarakatnya. Tetapi apa yang kita saksikan tentu berbeda sekali. Ketika beberapa
hari lalu, terjadi pembunuhan terhadap tiga mahasiswa kedokteran gigi asal Palestina
dekat University of North Carolina, dan anda saksikan bagaimana reaksi Amerika yang sedang mabuk kasih sayang ? jangan
harap mereka akan bereaksi yang sama, semisal pasca aksi penembakan terhadap
para redaktur Charlie Hebdo di Paris sebulan lalu. Mereka bungkam termasuk
mainstream medianya, dimana kasih sayang mereka? Pun valentine, tak mengurangi
kejahatan dan konspirasi negara barat atas negeri-negeri kaum muslimin. Amerika
tetap menerbangkan drone-nya baik di Pakistan dan Yaman. Menggelikan sekali
tentunya, inilah kemunafikan barat ! Dan ini hanyalah sekelumit fakta bagi
orang yang mau berpikir.
Kita adalah kaum muslimin, yang
Allah janjikan sebagai umat terbaik, tidaklah layak bagi kita untuk
mencampakkan Islam yang mulia dan menggantinya dengan tradisi rusak semacam
valentine ini. Islam telah membina akal kita, untuk taat dan tunduk pada aturan
Allah. Islam telah menempatkan cinta seorang muslim terhadap saudaranya sebagaimana
dia mencintai dirinya sebagai konsekwensi keimanannya. “Tidak beriman seseorang
itu, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (H.R.
Bukhari Muslim).
Inilah cinta hakiki, cinta yang tidak hanya berdimensi duniawi
tapi juga ukhrawi, cinta yang sempurna.[]