KIN-4 MHTI Langsa : Sistem di Indonesia Malapetaka terhadap ketahanan keluarga

KIN-4 MHTI Langsa : Sistem di Indonesia Malapetaka terhadap ketahanan keluarga
Samudra NewsLangsa - Negara yang menerapkan sistem demokrasi kapitalisme seperti sekarang ini tidak mampu menjadikan negara sebagai soko guru ketahanan keluarga. Terbukti dalam ketidakmampuan negara mengurusi rakyatnya dengan baik. Hal ini disampaikan dalam Kongres Ibu Nusantara ke-4 di Aula DPKA Langsa (Cakdon) pada Ahad, 25 Desember 2016.

Event Akbar yang mengangkat tema “Negara Soko Guru Ketahanan Keluarga” dan  dihadiri oleh ratusan peserta tersebut memberikan edukasi penting terhadap negara yang tidak menerapkan Syariah Islam secara kaffah.

Aisyah Karim, SH dalam materinya menjelaskan ide-ide kesetaraan gender yang berbasis pada liberalisme telah menjadikan perempuan sebagai obyek bahkan liberalisme menjadikan kesetaraan dan keadilan harus teraplikasi di setiap sendi kehidupan.   Siapapun, bahkan Tuhan tidak boleh merampas hak-hak seseorang, dengan dalih, kebebasan individual yang harus dilindungi negara. Ide-ide ini merupakan malapetaka yang harus dilawan dengan keras oleh umat Islam dan negara harus bertindak tegas membuang jauh-jauh ide bathil tersebut bukan malah memfasilitasinya.

“Sistem ini menggunakan ide feminisme dan kesetaraan gender untuk semakin mengeskploitasi wanita dengan cara yang lebih elegan. Padahal wanita tidak perlu feminisme dan kesetaraan gender” Papar Aisyah

Sangat jauh berbeda jika Islam menjadi acuan berputarnya roda pemerintahan seperti yang disampaikan Evalina SP dalam materinya tentang sistem Islam yang mampu menciptakan kesejahteraan umat yang tidak pernah mangangkangi fitrah manusia khususnya perempuan.

“Dalam Islam, wanita sangat dimuliakan kehormatannya, dijamin kesejahteraannya, pendidikannya. Sistem pendidikan Islam mampu menghasikkan manusia seutuhnya (insan kamil)” Jelas pemateri kedua ini.

Lebih rinci juga disampaikan oleh pemateri ketiga Afrida S.Pd dan keempat Suci siregara S.Pd bahwa wewujudkan ketahanan keluarga sebagai salah satu pilar katahanan masyarakat dan bangsa tidak bisa dibebankan pada kualitas individu dalam memerankan diri di masing-masing keluarganya dan hal ini menjadi bukti bagi semua khususnya umat islam bahwa Sistem yang berlaku saat ini (Demokrasi Kapitalis-red) tidak mampu menjadikan negara sebagai sokoguru ketahanan keluarga. Karena itu kita semua harus kepada sistem yang sudah dibuktikan sejarah yang tidak lain hanyalah Islam.

Oleh karena itu, jelas Suci Siregar, S.Pd diakhir materinya, haruslah ada upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkan negara yang berkeadilan dan memakmurkan rakyatnya. Dan kita umat Islam, para perempuan yang merupakan madrasatul ula bagi generasi Islam kedepan haruslah membangun kesadaran bahwa terwujudnya ketahanan keluarga meniscayakan peran besar negara, bahkan mengharuskan negara menempatkan diri sebagai pilar utama dan paling besar (soko guru). Dan semua tidak bisa dilakukan oleh negara sebagaimana paradigma sistem demokrasi saat ini. Hanya negara berdasarkan Islam yakni Khilafah Islamiyah lah yang bisa diharapkan mewujudkan peran idealnya. Karena itu solusi tuntas bagi persoalan massalnya kerapuhan keluarga adalah berjuang bersama menegakkan sistem Khilafah yang akan secara nyata menghadirkan Negara sebagai Soko Guru Ketahanan Keluarga.[]