Ricky Fattamazaya, Singa Muda Pembela Ulama

samudranews.com
Masa Kecil 

SamudraNews.com | Ricky Fattama Zaya Munthe begitulah nama anak muda yang saat ini sedang menjadi bahan perbincangan didunia kepemudaan dan mahasiswa. Nama ini diberikan oleh ayahnya M. Salamuddin Munthe bersama Bundanya bernama Sulastri. Ricky dilahirkan di Desa Kampung Pajak, Kecamatan NA IX- X Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara, pada tanggal 18 April 1990. Orang tuanya memberikan nama tersebut dengan maksud ketika dewasa menjadi seorang pemimpin, sukses dan berjaya. Marga Munthe adalah marga Batak yang ia dapatkan dari jalur bapaknya, namun didalam diri Ricky juga mengalir darah Jawa, karena ibunya berasal dari suku Jawa. Ricky adalah anak pertama dari 5 bersaudara dan 1 adiknya sudah meninggal dunia sewaktu kecil. 

Masa kecil Ricky dihabiskan dikampung Pajak, pendidikan awalanya pun dimulai di kampung ini yaitu di SDN 112321 Kampung Pajak dari tahun 1995-2002, setelah selesai menamatkan sekolah dasaranya Ricky masuk ke SMPN Aek Kota Batu Kec NA IX-X selama 3 tahun, pada tahun 2005 ia lulus dan melanjutkan ke Madrasah Aliyah yaitu MAN Aek Natas dari tahun 2005-2008. SD hingga MAN Ricky bersekolah masih didaerah Kampungnya sebab waktu itu ia belum diijinkan oleh Kakek "Oppung" untuk pergi keluar daerah meskipun semenjak SMP ia sudah sangat ingin pergi keluar Daerah termasuk ke Jakarta. Semnjak kecil keluarga besar Ricky sangat menanamkan sikap tanggung jawab, jujur dan memegang prinsip. Dari kecil ia termasuk anak yang lumayan keras kepala mungkin karena anak pertama.

Mulai Berkenalan dengan Pergerakan

Tahun 2008 ia diterima kuliah di UIN Pekanbaru dengan Jurusan Ilmu Hukum, semasa kuliah ia pernah aktif diberbagai Organisasi baik HMI, KAMMI, LDK, BEM, Salah satu amanah strategis yang pernah dipegangnya semasa kuliah adalah menjadi ketua BEM Hukum periode 2010- 2011 dan beberapa tahun sebelumnya pernah juga menjadi Kabid Intelektual di LDK Al-Karamah UIN Pekanbaru Tahun 2009-2010.

Kegemarannya dalam berorganisasi sering membuatnya tidak ikut ujian secara normal dengan dosen namun Alhamdulillah dosen-dosennya sewaktu kuliah Di UIN Riau sangat memahami dan mendukung Aktivitasnya, sehingga Ia sering ujian di ruangan dan bahkan di Rumah Dosen. Inilah salah satu diantara sekian banyak yang membuatnya yakin ketika menolong agama Allah maka Allah akan menolong kita. Ditahun 2011 jurusan Hukum dikampus UIN menjadi juara Debat Hukum se-Riau dan menjadi Wakil Debat Hukum Nasional Di UI Depok dan ia di percaya untuk menjadi perwakilan dalam debat tersebut.

Sewaktu kuliah di UIN Riau inilah ia berkenalan dengan Hizbut Tahrir Indonesia Daerah Pekan baru, ia mulai mengikuti  kajiannya selama 2,5 tahun secara terpaksa dari tahun 2008 dan baru mau ikut aktif secara sadar  tahun 2011 awal,  terhitung lama sebab ego yang ada pada dirinya dulu, yaitu ada keinginan menjadi Gubernur Sumut tahun 2035 dan Presiden tahun 2045 namun pemahaman itu berubah 180  derajat ketika kenal Dakwah HTI.

Setelah bergabung di HTI ia semakin paham Negeri ini dan negeri-negeri muslim lainnya mengalami kemunduran dikarenakan tidak diterapkannya syariah Islam secara Kaffah dengan Institusi Khilafah, mulai saat itu ia berazzam dan langsung berikrarkan dalam diri dan kepada Ayah-bundanya, Insya Allah akan istiqamah dalam perjuangan, alhamdulillah Ayah dan Bundanya  mendukung 100%. Bahkan ayahnya menyampaikan bahwasanya "saya memiliki anak pertama dan sudah saya ridhoi untuk di wakafkan dalam dakwah perjuangan menegakkan Khilafah."

Awal Berjuang Bersama Gema Pembebasan

Ia mulai aktif dakwah bersama Gema Pembebasan semenjak tahun 2011, pada waktu itu Gema Pembebasan Riau baru mulai diaktifkan kembali setelah mengalami gelombang pasang surut dibeberapa tahun sebelumnya, amanah pertama yang dipegang Ricky di Gema Pembebasan adalah Sekum PW Gema Pembebasan Riau dengan Ketuanya adalah Sugianto.

Pada tahun 2013 Ricky memutuskan untuk merantau ke Jakarta melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi, yaitu S2 dengan jurusan yang diambil sama seperti ketika S1, jurusan Hukum di kampus Universitas Islam Assyafiiyah, dan studinya sudah diselesaikannya dengan baik pada tahun 2016. Saat di Jakarta ia diamanahi sebagai Sekjend PP Gema Pembebasan yang waktu itu Ketua Umum PP Gema Pembebasan adalah Firman Mahiwa, dan pada tahun 2014 hingga sekarang (2017) ia diamanahi sebagai Ketua Umum PP Gema Pembebasan.

Mengawal Kasus Ahok

Nama Ricky semakin dikenal saat munculnya kasus penistaan agama Islam oleh Ahok, pengawalan terhadap kasus Ahok sebenarnya sudah dimulai semenjak 9 bulan sebelumnya bersama Gema Pembebeasan melalui kampanye masif Haram Pemimpin Kafir, dan diliput oleh media-media, pada awal kampanye difokuskan pada 5 kampus utama yakni UI, UIN, UNJ, PNJ dan Gunadharma lalu berlanjut dengan Tulisan-tulisan yang disebar, bahkan Aksi di puluhan titik guna menyampaikan kepada umat Haramnya pemimpin Kafir dalam Islam dan kewajiban Kaum muslimin menerapkan Islam secara Kaffah. Hingga hari ini Ricky bersama gerbong besar Gema Pembebasan terus melakukan pergerakan untuk mengkritisi segala kedzaliman penguasa.

Salah satu gebrakan terbesar yang pernah dilakukannya yang dikemudian hari menjadikan nama Gema Semkain membesar adalah dengan membuat video-video kampanye Haram Pemimpin Kafir, diantara video yang sempat menggegerkan dunia maya adalah video Boby mahasiswa pasca sarjana UI dengan mengangkat tema yang sama yaitu haram pemimpin kafir, dan sempat mendapat tanggapan dari Ahok, yang justru membuat isu semakin membesar hingga boby harus berurusan dengan Rektor UI.

Propaganda-propaganda Haram Pemimpin Kafir yang dilakukan Gema Pembebasan bersama Hizbut Tahrir Indonesia semakin gencar dan masif hingga Allah menjadikan lidah Ahok terpeleset saat pidato di Kepulauan Seribu dan keluarlah kata-kata yang dikemudian hari menjadi momentum persatuan umat hingga terlahirlah aksi super damai mulai dari Aksi Bela Islam 1, 2 hingga 3 yang mampu menghadirkan hingga 7 juta lebih umat di jantung ibu kota Indonesia.

Imbas dari semua aksi-aski besar itu rakyat seakan terpolarisasi menjadi dua kutub besar, yaitu kutub para penguasa dan kutub umat Islam bersama para ulamanya. Upaya demi upaya yang dilakukan penguasa untuk mengkriminalisasi ulama semakin gencar dilakukan, mulai dengan penuduhan penghinaan Pancasila oleh Habib Rizieq Syihab dengan fokus mempermasalahkan tesisnya saat kuliah di Malaysia, lalu kasus penghadangan Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ustadz Tengku Zulkarnain dan diancam kelompok berpakaian Dayak bersenjata tajam di Apron Bandara Sintang, Kalimantan Barat, lalu pengerahan massa ormas preman GMBI untuk berhadapan dengan masa ormas Islam, hingga kasus logo berlambang mirip palu arit PKI di uang kertas baru dengan menargetkan Habib Riziq Syihab.

Namun, upaya-upaya penguasa gagal membendung kekuatan umat Islam, yang terjadi jsutru sebaliknya umat semakin ditekan semakin bersatu dan solid, tahap selanjutnya adalah dengan mengerahkan gerakan-gerakan mahasiswa, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba keluar Resolusi 2017 dengan mengatasnamakan mahasiswa Indonesia oleh 6 gerakan mahasiswa yang diinisiasi oleh PMKRI. Resolusi yang lebih kepada memusuhi umat islam ini sontak saja membuat banyak mahasiswa-mahasiswa Islam marah, tak terkecuali Gema Pembebasan.

Ricky mulai melakukan konsolidasi masif bersama gerakan-gerakan pemuda dan mahasiswa Islam untuk melakukan respon terhadap resolusi tersebut hingga terhimpun sekitar 24 gerakan pemuda dan mahasiswa Islam di crown Palace kantor DPP HTI, konsolidasi ini akhirnya membuahkan sebuah Resolusi 2017 Pemuda dan Mahasiswa Islam Indonesia. Sebuah resolusi jawaban sekaligus tantangan terbuka kepada gerakan mahasiswa yang telah berusaha untuk melemahkan perjuangan umat islam, dan melakukan tuduhan atas ulama-ulama umat.

Ricky selalu bilang umat muslim itu damai, penyayang, sabar namun ketika agama, ulama-nya dihina, haram untuk berdiam diri. Itulah yang diajarkan kepadanya oleh guru, dosen, dan ustadz-usatadznya. Ulama adalah pewaris para nabi yang harus dihormati bukan dikriminalisasi. Mahasiswa juga terlahir dari Rahim- rahim ulama yang akan senantiasa berada di garda terdepan Bela Agama dan Ulama. Rezim yang dzalim dan bersikap refresif tidak boleh dibiarkan karena sebagai seorang Muslim  harus memiliki keyakinan hidup mulia memperjuangkan kebenaran atau mati dalam memperjuangkannya. [] DakwahMedia.id