Samudranews.com-Aceh Timur, Kordinator Front Anti Kejahatan Sosial (FAKSI) Aceh, Ronny Hariyanto, mempertanyakan sikap DPRK Aceh Timur yang terkesan  menggelar rapat pemanggilan PT.Medco dan BPMA secara diam - diam di gedung DPRK Aceh Timur, pada Jumat 9Juli 2021 kemarin, membahas soal isu bau busuk gas beracun  yang menelan korban warga Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, beberapa waktu lalu.
" Itu kan rapat membahas soal keselamatan masyarakat, atas insiden berulang, koq kesannya DPRK Atim memanggil pihak Medco secara diam - diam, ada apa ini, siapa inisiatornya dan apa motif dibalik pemanggilan itu yang sebenarnya?" kata Ronny Sabtu 10 Juli 2021.
Ronny menilai rapat itu sangat janggal, karena terkesan mendadak dan sama sekali tidak diketahui publik sebelumnya, terkesan dikondisikan yang hadir orang - orang tertentu saja, apalagi pada insiden warga keracunan gas beberapa bulan lalu, sejumlah pihak DPRK Aceh Timur yang mulanya terlihat panas menggebu - gebu mengecam Medco,  lalu tiba - tiba mendadak sempat dingin dan tak membahasnya lagi.
" Ini ada apa, kenapa dilakukan diam - diam tanpa diketahui publik, tidak mengundang media dan LSM secara resmi, kenapa yang hadir orang - orang tertentu saja, atas prakarsa siapa itu," ketus aktivis cadas yang dikenal sangat kritis pada isu - isu sosial, seperti kemiskinan, pengangguran, demokrasi dan Hak Asasi Manusia itu.
Menurut Ketua Forum Pers Independen Indonesia (FPII) Provinsi Aceh Itu, seharusnya rapat pemanggilan pihak Medco itu diketahui publik lebih dulu, agar tidak mengalami interpretasi buruk di kemudian harinya, apalagi insiden tersebut sangat menyita perhatian publik di Aceh.
" Kan aneh itu DPRK memanggil Medco sebelumnya enggak ada yang tahu, eh publik baru tahu setelah rapat itu gagal menemukan hasil, aneh enggak itu, ditambah lagi isu miring Ketua DPRK Aceh Timur ngopi bareng manager Medco setelah rapat yang katanya mengecewakan itu, ada film apa ini," ketus putera Idi Rayeuk Berdarah Aceh Minang itu.
Dia meminta  DPRK Aceh Timur serius mengawal persoalan yang dapat mengancam keselamatan jiwa masyarakat luas itu, dan tidak berupaya bermain - main dibaliknya, karena hal itu menyangkut keselamatan jiwa masyarakat.
" Kita beri kesempatan DPRK untuk menyelesaikan problem ini, dan kita minta mereka lebih tegas lagi terhadap korporasi, jangan main - main dan jangan sampai dikadali terus, sehingga melenyapkan kepercayaan publik," pungkas alumni Universitas Ekasakti itu menutup keterangannya.
| Herdian

