Saatnya Rakyat Menagih Janji Demokrasi, Apakah Wakil Rakyat Tidak Berarti?

Kasus
0
Foto ilustrasi 

SamudraNews.com | Ketika suara rakyat dibungkam dengan penundaan, maka yang tumbuh bukan sekadar kekecewaan tapi perlawanan. Dan hari ini, perlawanan itu menemukan bentuknya Somasi Kedua. Bukan gertakan kosong, tapi langkah serius dari APDESI wakil sah akar rumput, gampong demi gampong yang selama ini jadi fondasi negeri ini berdiri.

Langkah ini bukan tentang politik, ini soal martabat. Soal kejujuran terhadap hasil demokrasi yang telah disahkan rakyat, bukan oleh segelintir elite yang mabuk kuasa. Apa gunanya Pemilu jika hasilnya ditahan-tahan? Apa gunanya suara rakyat jika diperlakukan seperti debu?

APDESI, bersama para Geuchik, Tuha Peut,  pemuda gampong, LSM, OKP,ORMAS,Ketua Organisasi, hari ini tidak sekadar hadir. Mereka berdiri, menuntut. Ini bukan soal siapa menang, ini soal siapa berani memikul amanah rakyat.

Pelantikan walikota terpilih bukan sekadar formalitas. Ia adalah penegasan bahwa suara rakyat masih dihormati di negeri ini. Dan ketika suara itu dilambatkan, yang lahir bukan sekadar kritik, tapi gelombang perlawanan intelektual. Somasi kedua adalah pertanda bahwa kesabaran telah habis, dan rakyat tidak lagi bersedia menjadi penonton dari panggung elite yang terus bermain-main dengan waktu.

Langsa tidak butuh drama. Langsa butuh kepastian.

Dan hari ini, sejarah mencatat: APDESI bukan cuma penonton. Mereka adalah aktor utama, penggerak kesadaran, penjaga demokrasi. Inilah momentum. Dan bagi yang mencoba menahan gelombang ini ingatlah air yang dibendung terlalu lama, akan menerjang dengan dahsyat saat ia pecah.

Ingat lah! Suara rakyat sudah saat nya menggema, karna jenuh melihat lakon wakil rakyat yang mempertontonkan drama yang tidak layak di tunjukkan.

| Roby Sinaga 

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)