CERPEN | 6 Juni Wahai Junita

oleh: Fadel Aziz Pase

Angin berhembus pelan. kabut pagi masih juga menyelimuti jalan. Dan satu demi satu air jatuh dari langit. Perlahan gerimis mulai membasahi daun dan ranting-ranting pohon. Sebagian menembus tanah. Tak ada satupun kicauan burung dan kokok ayam jantan yang biasanya mengalun nyaring. Pagi ini memang terasa beda, tak seperti biasanya. 


Fathan, sudah siapkah seluruh perlengkapan yang harus kita bawa hari ini? Tanya ibunya yang baru pulang dari pasar pagi itu dengan pakaiannya yang terlihat sedikit basah walaupun ia memakai mantel hujan. Seluruh perlengkapan sudah dipersiapkan adiknya semalaman, “semuanya beres bu, Rini sudah mempersiapkannya semua” ujar Fathan sembari menambahkan kepada ibunya “ Cuma cincinnya saja yang baru siap ditempah hari ini, bu.” 

Hari itu adalah sebuah kebahagian bagi Fathan yang akan membawakan orang tuanya dan petua kampung untuk memasangkan cincin pertunangan dengan kekasihnya itu yang sudah dipacari Fathan tiga tahun lamanya. Terlihat seluruh sanak family dan orang tua kampung yang akan berangkat menuju kota kecil tempat kekasihnya tinggal, naiklah mereka dalam mobil, salah satu mobil tersebut ayahnya Fathan yang menyupiri, terlebih dahulu mereka menunggu Fathan yang sedang mengambil cincin pertunangan di toko mas yang menempahnya, dan sampailah Fathan dengan raut wajah gembira, diberilah cincin tersebut kepada ibunya. Berangkatlah mereka. 

Setelah tiga jam perjalanan, sampailah mereka ditempat tujuan, Siang itu matahari benar-benar terik, cahayanya serasa membakar kulit mereka. Panas sekali. Namun sengatan terik matahari itu tak berarti apa-apa bagi mereka sekarang. Tak ada yang mampu mengurangi kebahagiaan mereka karena ini semua demi kebahagiaan Fathan semata yang meminangkan kekasih yang sudah tiga tahun berkasih sayang. 

Walaupun ibunda Fathan sudah pernah melarang dirinya untuk jangan dulu bertunangan, namun apa hendak terjadi jika hasrat dan keinginan Fathan tidak dikabuli keluarganya. Fathan yang masih duduk dibangku kuliah saat itu belum pantas berumah tangga menurut ibunya, apalagi dengan Icut sosok perempuan manis yang lebih tua usia darinya, itulah kekasih Fathan yang sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil, maka dari itu Icut meminta Fathan agar membawakan keluarganya mengikat tali pertunangan antara mereka berdua. 

Sesampai rombongan keluarga Fathan didepan rumah Icut kekasihnya yang akan diikatkan cincin pertunangan hari itu, sudah berdiri keluarga Icut untuk menyambut keluarga Fathan yang telah tiba dikediaman meraka, nampak para keluarga Icut hari itu menyambutnya dengan baik, seperti halnya adat istiadat yang ada. Kemudian rombongan dipersilahkan masuk. 

Masuklah rombongan tersebut kedalam rumah, duduklah mereka diruang tamu yang telah dipersiapkan, terlihat di pojok sisi kanan ibunda Icut duduk dengan raut wajah tersipu malu, karena hari itu rumahnya didatangi banyak tamu, apalagi tamu yang datang dari jauh tersebut ingin memberikan cincin pertunangan untuk anaknya. Minuman seperti, teh, kopi, dan berbagai macam makanan ringan dan kue pun telah disiapkan didepan para tamu yang berada didalam rumahnya, dipersilahkan kepada tamu untuk menikmatinya. 

Dinikmati makanan yang ada didepan mereka sambil berbincang-bincang. 

Pertunangan pun telah selesai setelah ibundanya Fathan memasang cincin dijari Icut, “Jaga Fathan, jangan tinggalkan Fathan” ini isi bisikan ibunda Fathan ke Icut gadis tunangannya itu. 

Hari demi hari, waktu silih berganti ternyata permasalahan demi permasalahan terjadi diantara mereka berdua, sikap tidak percaya muncul dari diri Fathan karena dengan melihat sikap Icut yang sudah berubah. Tidak lama, tiga bulan lamanya pertunangan mereka retak dan hancur berantakan, ternyata Icut telah menjalani tali kasih sayang dengan lelaki lain yang bekerja di Institusi kepolisian. 

Mereka pisah, hubungan mereka putus, bagaimana dengan Fathan? Sungguh sangat disayangkan nasip Fathan kini, dia sangat kecewa bahkan jatuh sakit akibat perpisahannya dengan Icut gadis yang telah dipinangnya itu. Seminggu lamanya Fathan tidak makan dan tidak keluar dari kamarnya, dia memilih menyendiri, yang sangat disayangkan akibat dari perpisahan ini ketika berat badan Fathan yang mulai menurun, rupanya Fathan sakit parah, dia terpaksa diopname seminggu dirumah sakit. 

Kerabat Fathan terus menerus membuat Fathan agar senyum kembali, segala cara dilakukan oleh mereka, namun Fathan tetap mengeluarkan air matanya, dia tidak sanggup berfikir, fikirannya buntu, bahkan ia nekat ingin mengabisi hidupnya dengan cara memotong urat tangannya. 

Hari-haripun berlalu, terlihat Fathan mulai keluar rumah dan pergi ke kampus untuk mengikuti kewajibannya sebagai mahasiswa, rupanya dikampus Fathan yang berada dikota tempat tinggal mantan tunangannya itu sedang ada sebuah acara dalam memperingati hari lahirnya nabi besar Muhammad SAW yang disampaikan langsung oleh dai kondang terkenal dari Jakarta Ustadz Hari Moekti. 

Nah singkat cerita, rupanya Fathan berkenalan dengan seorang gadis berkerudung merah katanya. Mmmm…. Orang mendengar ceramah, kok sempatnya berkenalan dengan gadis ya? Tapi walaupun demikian, mereka sudah akrab lho sekarang. Pas pada tanggal 6 juni 2011 mereka mulai menjalani hubungan mereka, kita do’akan semoga hubungan mereka aman-aman saja, agar Fathan tidak kecewa dan jatuh sakit kesekian kalinya.[]


*Penulis adalah Pendiri Samudra News
Tags