SamudraNews.com | Samarinda-Komandan Batalyon Infanteri
Raider 613/Raja Alam Letkol Inf Fardin Wardhana selaku Komandan Satuan
Penugasan (Dansatgas), telah berhasil membawa hasil yang gemilang dalam
penugasan pengamanan perbatasan Republik Indonesia-Malaysia, bagaimana tidak pelaksanaan
tugas selama kurang lebih 11 Bulan dengan dinamika dan tantangan selalu dapat
dilalui dengan baik oleh seluruh prajurit.
Apa yang sudah mereka perbuat tidak akan
sia-sia, keberadan mereka sebagai Satgas Pamtas merupakan efek tangkal bagi
pihak manapun yang ingin merong-rong kedaulatan dan keutuhan NKRI. Tidak hanya
masyarakat perbatasan yang merasa terbantu akan keberadaan satgas pamtas ini.
Akan tetapi, segenap masyarakat Indonesia juga merasakannya. Karena adanya
batas negara yang aman, “ujar Komandan Brigif-24/BC Kolonel Infanteri Willy
Brodus Yos Rohadi saat menyambut kedatangan Satgas Pamtas tersebut, Senin (08-07-2019).
Adapun Hasil Operasi yang telah
dicapai Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Yonif Raider 613/Raja Alam sebagai
berikut :
1. Narkoba 6330,73 Gram
2. 2448 Botol Miras
3. 1 Pucuk Senjata Penabur
4. 4 Butir Munisi Penabur
5. 2410 Orang Deportasi
6. 15 Orang WNA Ilegal
7. 58,5 Kubik Kayu
Diketahui bahwa ratusan
prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 613/Raja Alam tiba di Pelabuhan
Malundung Tarakan setelah menjalankan tugas penjagaan kawasan perbatasan negara
pada wilayah Kaltara. Mereka disambut haru keluarga masing-masing.
Yonif Raider 613 Raja Alam
bertugas di perbatasan yang dijalankan selama 11 bulan. Dalam penugasan
tersebut sedikitnya melibatkan 450 prajurit yang dibagi ke 25 pos di sepanjang
wilayah perbatasan Kaltara dengan Malaysia.
Dansatgas Pamtas RI-Malaysia
Yonif 613/RA Letkol Fardin Wardhana juga menambahkan bahwa, selama bertugas
salah satu hal membanggakan ketika prajurit menemukan patok negara yang sudah
sejak lama tidak dijangkau manusia. Hal tersebut dikarenakan jauhnya jarak
menuju patok. Serta sulitnya medan yang dilalui.
Lanjutnya, Yonif Raider 613/RA
yang bertugas di Kabupaten Nunukan, memetik sedikit kebanggaan karena kami
berhasil menemukan patok batas di wilayah Kecamatan Krayan yang tidak pernah
diketahui lagi keberadaannya sejak patok tersebut didirikan pertama kali
pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1997 sejumlah 131 patok, ”sebutnya.
Kami berjalan menemukan patok
pertama dari permukiman warga membutuhkan waktu 4 hari. Itu kami namakan blank
post area, dimana area itu kosong dan tidak pernah terpatroli. Ini karena
beratnya medan, dan cuaca yang sangat ekstreem dengan cuaca di malam hari minus
10 derajat celsius, kemudian sinar matahari yang tidak tembus ke bawah dan
tidak ada jaringan satelit. Itu juga yang menjadi tantangan saat mencarinya, ”ulasnya
lebih jauh.
Selama proses pencarian patok
tersebut, pihaknya sempat mengalami lost contact selama 9 hari dari prajurit
yang berpatroli. Sehingga hal tersebut menimbulkan kekhawatiran. Meski
demikian, ia meyakini jika prajuritnya dapat bertahan hidup berbekal latihan
dan pengalaman yang dimiliki. Walau begitu, ia bersyukur beberapa prajuritnya
bisa kembali dengan selamat. Dengan kondisi tersebut berharap semoga hal ini
dapat dijadikan pelajaran, agar nantinya tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan pada prajurit yang bertugas selanjutnya, “harapnya.
Prajurit kami yang melaksanakan patroli
sempat kehilangan kontak selama 9 hari. Padahal kami sudah membekali telepon
satelit. Namun karena cuaca sangat ekstreem sehingga membuat komunikasi
terputus. Itu memang juga hutan sangat lebat dan jarang dijangkau manusia. Kami
pasti khawatir, namun dengan doa dan keterampilan serta fisik prajurit yang
telah dilatih sebelum bertugas. Membuat kami yakin mereka dapat bertahan hidup.
Hingga hari ke-9 mereka menemukan area terbuka dan akhirnya berhasil melaporkan
titik kordinatnya,"pungkas Perwira berpangkat melati dua dipundak itu.
| Kusdiyono