Perempuan Tanpa Judul

Oleh: Fadel Aziz Pase

“Jangan pernah menyakiti hati perempuan yang kamu cintai, sebab dirimu akan merasakan sakit jika ada pria lain yang akan datang mengusap air matanya. Dan, janganlah seorang perempuan menganggap pria berlebihan jika memberikan perhatiannya, sebab dirimu akan sakit, jika ada perempuan lain yang datang meminta perhatiannya, hidup ini adalah proses saling menatap dengan hati, seperti tetesan embun pagi di dedaunan, dingin dan berkilau diterpa mentari, serta menyejukkan tanah tempatnya menitik” begitu cara saya memandang harmoni antara perempuan dan pria yang kini hidup dalam posisi setara, meski dalam konsep ilahiyah perempuan dan pria dibedakan dalam kodrat.


Tetapi, perempuan kini bukan lagi mahluk yang terpenjara dalam kodratnya. Ia kini bebas memilih mengapresiasi apa yang menjadi optimismenya. Makanya menjadi sesuatu yang lumrah, jika kini perempuan telah merasuk di semua arena kehidupan. Dari masalah seks hingga masalah politik. Dari urusan pesolek hingga mainan korupsi. Dari urusan membina keluarga hingga merusak rumah tangga lainnya.

Perempuan benar-benar telah membuat proses kesetaraannya, yang sebenarnya tak lain adalah ambisi dan optimismenya dalam mengarungi sebuah titian yang bernama kehidupan. Maka tak mengherankan jika perempuan tak ingin lagi dipermak oleh kaum pria sebagai kelompok manusia lemah, ditindas oleh zaman, atau hanya larut dalam stigma, kasur-sumur dan dapur. Perempuan telah menjelmakan diri sebagai ‘balqis-balqis’ yang bisa menyilaukan kehidupan dengan keelokan yang dimilikinya. Yang bisa membutakan mata kaum pria lalu membunuhnya hanya dengan sunggingan senyuman. 

Kekuatan seorang perempuan  bukan baru terlahir di masa kini. Perempuan secara politik telah lama menstigmakan dirinya sebagai penakluk, seperti takluknya Adam atas Hawa karena keinginannya menikmati Buah Khuldi. Dan pula, perempuan juga telah lama menstigmakan dirinya sebagai penyeimbang keberadaan kaum lelaki, seperti Khadijah atas diri Muhammad, yang selalu setia memberikan yang terbaik dalam kehidupan bagi Sang Rasul yang amat dicintainya. 

Begitu banyaknya kemisterian tentang perempuan  sehingga saya sulit merangkum sejumlah kata tentang mahluk ciptaaan Tuhan ini. Karenanya saya selalu menuliskan, jika sebenarnya perempuan itu adalah mahluk tanpa judul, seperti malam ini saya memandang banyak perempuan di Lapangan Merdeka Kota Langsa, mereka begitu bebas mengapresiasikan dirinya.. Hehehe.. []
Tags