Bait-bait Puisi Eko Indrayadi

Elora, 3 Cinta Temaram 


Kesederhanaanmu adalah pujaku.
Ketika lelap mata mulai bingung beradu waktu.
Pada sunyi dan anggunnya gelak tubuh.
Berdiri dirimu dalam dinding kaca yang sulit tersentuh.

Bilamana, 3 kali kusuka pada beberapa hawa.
Tetapi hilang dalam pukat embun yang tersentuh hangat.
Semua begitu cepat terbenam,
seperti hujan yang menghapuskan kemarau kemarin.

Elora, tak suka aku pada cinta.
Sebab terkadang ia hanya bisa dihakimi oleh sudut pandang kita,sebagai manusia.
Meski aku tak jua temukan bagaimana mesti berbuat,
Asmaradana, meluap dalam gores Ranggawarsito.
Meski kami berbeda zaman.
Kutitipkan sajak ini lewat lenguh lembu dan dengung lebah,
ketika kita berpisah.
Dalam sajak dan nyata;
Goresan-goresan hanya cermin retak,
Di bawah temaram malam.

Ciputat, 10 Oktober 2012



Lelaki Kidung Malam . . .



Duhai Ayahanda,
Pernah dirimu bercerita pada nanda.
Bahwa dulu tanah kita yang lapang.
Hilang tak berbekas oleh roda pembangunan.


Duhai, ayahanda.
Bukan aku tak pernah perhatikan.
Kejamnya kebijakan membuang keluarga dan leluhur kita.
Meski dulu leluhur kita pernah bertahta.
Tetapi itu hanya candu belaka.

Duhai ayahanda,
pangestu dinda meninggalkan saung kita.
Menuntut ilmu ke negeri seberang.
Berbekal mimpi dan semangat perubahan.
Kalimasada, aku tak tahu ucapan apa yang engkau ucapkan.
Bahwa nanda berweton 'pertapa'
Meski menghadapi seribu angkara murka.
Kau bilang dalam bahasa krama,
"Wukir asri saka kadohan, yen dicedhaki mbilaheni"

Duhai ayahanda,
12 Poso 1923, Kemis Kliwon.
Dirimu baru saja pulang dari huma.
Kau dapati ananda lahir dalam ketenangan malam.
Kasadasa-Srawana,
Kelak berjalan dalam kesengsaraan.
Mengaduh nasib menyebrang kesusahan.
dalam beribu angkara murka.
Ananda dituntut jadi pendeta.


Duhai Ayahanda,
Sirah nasehat terdengar lirih:

"SAPA NANDUR BAKAL NGUNDHUH, WANI NGALAH LUHUR WEKASANE, GUSTI ALLAHE DHUWIT, NABINE JARIT, GELEM JAMURE EMOH WATANGE, KAYA KODHOK KETUTUPAN BATHOK, SAPA GAWE BAKAL NGANGGO”.


Ciputat, 10 Oktober 2012

= EKO INDRAYADI =
Penulis adalah Mahasiswa UIN Jakarta. Pernah bergabung dalam Komunitas Sastra Senjakala Ciputat, FLP Ciputat, dan FLP Baturaja, Sumatera Selatan. Pertama kali menulis terikat dengan siapa saja. Menulis untuk berbagi kesan dan kesah sebagai seorang manusia yang hidup dan besar di jalanan kota perantauan.
Tags